PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dikabarkan tengah menjajaki pembelian aset panas bumi milik KS Orka Renewables senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15,3 triliun (kurs Rp 15.330 per dolar AS). Aset yang dimaksud adalah PT Sorik Marapi Geothermal Power.
Menurut sumber Reuters, Pertamina Geothermal dan KS Orka berpotensi mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun ini. Sebelumnya, KS Orka telah menunjuk DBS Bank sebagai penasihat keuangan dalam rencana penjualan Sorik Marapi.
Manajemen Pertamina Geothermal menyatakan belum ada informasi yang bisa disampaikan kepada publik pada saat ini terkait kabar tersebut. Sementara itu, manajemen KS Orka belum merespons pertanyaan dari Reuters.
Kabar mengenai rencana akuisisi PGEO terhadap Sorik Marapi ini muncul seiring rencana Pertamina untuk menggandakan kapasitas energi panas bumi pada 2027-2028. Perusahaan energi itu memperkirakan perlu investasi US$ 4 miliar untuk mencapai target tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi panas bumi yang melimpah, yang bisa dimanfaatkan untuk memangkas impor energi dan menurunkan emisi karbon.
Jika akuisisi ini terealisasi, aksi korporasi ini akan menjadi aksi korporasi terbesar yang pernah Pertamina Geothermal lakukan sejak mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Februari lalu. Harga saham PGEO sudah melejit 38,86% sejak IPO ke level Rp 1.215 per saham. Pada Agustus lalu, Pertamina Geothermal telah meneken kesepakatan dengan dua perusahaan energi asal Kenya untuk mengeksplorasi kemitraan di bidang energi panas bumi dengan nilai US$ 2,2 miliar.
Sorik Marapi yang berada di Mandailing Natal, Sumatra Utara, merupakan proyek panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas hingga 240 Megawatt (MW). KS Orka mengakuisisi mayoritas saham Sorik Marapi pada pertengahan 2016. KS Orka merupakan anak usaha Kaishan Group, produsen kompresor asal Cina. Selain Sorik Marapi, KS Orka juga memiliki proyek panas bumi lainnya, seperti PT Sokoria Geothermal Indonesia di Nusa Tenggara Timur.