PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY) menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM Rp 1,8 triliun sampai akhir tahun 2023.
Direktur Keuangan Lie Kienata mengatakan, saat ini perusahaan mencatat terdapat lebih dari 9.600 UMKM yang mendapatkan saluran pendanaan dari Venteny. Perseroan juga melaporkan penyaluran pembiayaan ke UMKM tersebut menggunakan dana IPO.
"Kami targetkan sampai akhir tahun itu menyalurkan Rp 1,8 triliun ke UMKM," kata Lie Kienata saat ditemui wartawan di Jakarta, Selasa (12/9).
Seiring dengan target ini, VTNY juga meraih peringkat perusahaan BBB+ dengan outlook stabil dari lembaga pemeringkat Kredit Rating Indonesia (KRI) untuk periode 22 Agustus 2023 hingga 1 September 2024.
Adapun, Venteny mencatatkan laba Rp 9,3 miliar pada enam bulan pertama tahun ini, tumbuh dari Rp 3,8 miliar yang tercatat pada semester pertama 2022. Kenaikan laba yang terjadi merupakan hasil dari pertumbuhan pendapatan yang diraih perseroan hingga Rp 29,2 miliar di semester pertama 2022 menjadi Rp 58,9 miliar di semester pertama 2023, tumbuh dua kali lipat di periode yang sama tahun sebelumnya.
Lie Kienata mengatakan, adanya peningkatan kinerja perseroan dipicu persebaran pendanaan produktif untuk pelaku UMKM.
Selain itu, performa positif ini didukung dari kinerja Venteny Employee Super App yang mengalami peningkatan yang pesat. "Adapun didorong dari kenaikan GMV yang signifikan sebesar 1.5295% pada semester 1 2023 ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," kata Lie Kienata dalam paparannya.
Dia juga menyebut jika perseroan tidak mengubah target laba pada tahun ini dan tetap optimis mencapai Rp 15 miliar sepanjang tahun 2023. Sebab pada paruh tahun saja, kata Lie, perseroan sudah sedikit melewati target laba semester pertama.
Namun demikian, perusahaan masih belum merencanakan pembagian dividen untuk tahun ini. Alasannya, kata Lie, saat ini perusahaan masih ada rencana menggunakan laba untuk berinvestasi. Perusahaan juga akan mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi seperti di sektor properti.
"Sementara untuk belanja modal atau capital expenditure kami banyak salurkan di teknologi," ujarnya. Tetapi Lie tidak menyebut besaran capex yang dianggarkan untuk penyaluran teknologi tersebut.