PT Bio Farma Tbk akan menggencarkan deteksi dini kanker serviks dengan metode urine ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk menekan angka kesakitan maupun angka kematian akibat virus kanker yang menyerang pada bagian mulut/leher rahim wanita tersebut.
"Metode pemeriksaan DNA urine untuk mendeteksi dini penyakit kanker serviks ini sudah kami mulai sejak Januari 2023, dan terus kami gencarkan bekerjasama dengan fasilitas kesehatan daerah," kata Kepala Departemen Pemasaran Geografis Bio Farma Dimas Aditya, dilansir dari Antara, Minggu (15/10).
Ia menjelaskan, metode pemeriksaan DNA urine untuk deteksi dini kanker leher rahim menggunakan media PCR merupakan inovasi baru. Temuan itu terinspirasi pada model pemeriksaan Covid-19 menggunakan reagen yang kemudian dievaluasi/dianalisa menggunakan teknologi mesin PCR.
Sarana ini sekarang bisa digunakan untuk memeriksa ada/tidaknya virus kanker pada mulut/leher rahim wanita, dengan tingkat akurasi di atas 90%.
"Tingkat akurasinya di atas 90%. Metode pemeriksaan urine menggunakan (reagen) PCR ini terinspirasi dari penanganan kasus Covid-19, dan ternyata setelah dibuatkan alatnya (reagen) hasilnya sangat baik sehingga metode ini kita jalankan di semua fasilitas kesehatan di Indonesia," ujarnya.
Dimas tidak merinci di daerah mana saja pemeriksaan kanker serviks dengan metode urine sudah dilakukan. Ia menjelaskan, program tersebut sudah banyak dilakukan di daerah-daerah bekerja sama dengan faskes di daerah.
Kegiatan pemeriksaan kanker serviks melalui metode pemeriksaan DNA urine sejauh ini dilakukan gratis yang didukung oleh Kementerian Kesehatan dan dinas-dinas kesehatan di masing-masing daerah.
Dimas mengatakan, Bio Farma sudah melakukan pengujian sampel urine terhadap tujuh hingga sepuluh ribu orang di laboratorium daerah. Pengujian ini dilakukan di fasilitas laboratorium yang berada di bawah naungannya, seperti milik PT Kimia Farma Tbk.
Hasilnya cukup baik, sebab peserta yang telah menjalani pemeriksaan DNA urine, yang belum terjangkit ataupun yang bergejala akan segera divaksin. Sementara, peserta yang sudah terjangkit akan segera dilakukan pengobatan lanjutan hingga sembuh.