PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membukukan pendapatan Rp 6,3 triliun pada sembilan bulan pertama 2023, naik 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan pendapatan ini ditopang oleh peningkatan jumlah menara dan serat optik, baik secara organik maupun anorganik, serta kenaikan jumlah penyewa (tenant) dan kolokasi.
“Sejak sebelum initial public offering (IPO) sampai hari ini, kami terus memperbanyak jumlah menara dan serat optik, terutama di kawasan luar Pulau Jawa. Kini, kami menikmati hasilnya dalam bentuk pertumbuhan jumlah penyewa dan kenaikan pendapatan," ujar Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy, Direktur utama MTEL, dalam konferensi pers, Senin (30/10).
Selama Januari-September 2023, Mitratel membangun 481 menara baru serta menambah 1.192 menara melalui akuisisi. Alhasil, jumlah menara milik MTEL hingga akhir September 2023 mencapai 37.091 menara. Pencapaian ini membawa Mitratel sebagai perusahaan pengelola menara (TowerCo) dengan jumlah menara terbanyak di Asia Tenggara.
Pertumbuhan kepemilikan menara ini berhasil diimbangi dengan kenaikan jumlah penyewa sebesar 10,5% menjadi 55.704 tenant dari sebelumnya 50.390 tenant (yoy). Sementara itu, jumlah kolokasi melonjak 21,3% menjadi 18.613 dari sebelumnya 15.339 kolokasi (yoy). Sepanjang tahun ini, Mitratel juga berhasil memperpanjang serat optik menjadi 29.042 Km.
"Tantangan kami ke depan adalah bagaimana meningkatkan produktivitas aset yang tercermin dari kenaikan tenancy ratio, dan efisiensi operasi termasuk melalui digitalisasi sehingga berdampak positif pada kenaikan margin,” kata Teddy.
Pertumbuhan Tenant di Luar Jawa Lebih Tinggi
Sebaran menara Mitratel meliputi 15.505 menara di Jawa dan 21.586 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Hal ini mendorong pertumbuhan penambahan tenant di luar Jawa sebesar 11%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 10%. “Hal ini menunjukkan bahwa strategi Perseroan untuk ekspansi dan mengoptimalkan pertumbuhan di luar Jawa sesuai dengan strategi ekspansi dari operator seluler di Indonesia,” katanya.
Selain ekspansi di infrastruktur menara dan fiber optik serta fokus meningkatkan produktivitas aset, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini juga mengoptimalkan teknologi digital dalam proses bisnis. Hal ini memampukan perseroan memberikan layanan yang relevan dengan kebutuhan pelanggan.
Berbagai penyempurnaan itu berkontribusi pada peningkatan EBITDA margin dari 78,5% pada September 2022 menjadi 80,6% pada September 2023. Dari total pendapatan Rp6,3 triliun, perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp1,43 triliun. Perolehan laba bersih ini melonjak 16,6% dari periode yang sama tahun lalu.
Perolehan laba bersih itu mencapai 71,5% dari target tahun ini sebesar Rp 2 triliun. Perusahaan optimistis mampu mencapai target tersebut pada akhir Desember nanti.