Starlink, perusahaan satelit milik Elon Musk, akan beroperasi di Indonesia pada tahun depan. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel tidak melihat masuknya Starlink sebagai ancaman tetapi justru membuka peluang kerja sama strategis.
Starlink merupakan penyedia layanan internet berbasis satelit yang berkecepatan tinggi dengan biaya layanan yang relatif murah. Hal itu dimungkinkan karena Starlink menggunakan satelit dengan orbit rendah. Starlink akan menyediakan akses internet untuk daerah-daerah terpencil dan tertinggal di Indonesia bagian timur.
"Industri satelit untuk konektivitas sudah ada sejak lama. Kami coba kolaborasikan dengan Telkom Group, partnership dengan perusahaan Elon Musk saat ini sudah berjalan dengan Telkomsat," ujar Agus Winarno, Direktur Bisnis Mitratel, dalam Diskusi Kinerja 9M2023 Mitratel, di Jakarta, pada Senin (30/10).
Mitratel merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang mengelola menara telekomunikasi. Perusahaan bisa menawarkan menaranya untuk menangkap dan 'mentransportasikan' sinyal internet yang dikirim dari satelit itu hingga bisa diterima oleh pengguna internet. "Bisa dibilang saat ini Telkom satu-satunya perusahaan yang bekerja sama dengan Starlink, kami bekerja sama untuk business to business (B to B)," jelas dia.
Sekadar informasi, Starlink sebenarnya sudah masuk di Indonesia untuk keperluan internal pelanggan korporasi melalui kerja sama dengan PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) pada 15 Juli hingga 31 Agustus 2022. Namun, ke depannya Starlink juga akan menyasar pasar retail. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan operator telekomunikasi dan perusahaan internet service provider (ISP) karena Starlink bisa melibas bisnis mereka dengan tarif yang lebih murah.
Starlink Buka Perusahaan di Indonesia
Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengungkapkan Starlink telah membuka perusahaan di Indonesia. Perwakilan Starlink telah melakukan pertemuan dengan Kominfo beberapa waktu lalu. Pemerintah dan Starlink belum sepakat soal satu hal. Starlink berkeinginan memiliki bisnis seperti over-the-top (OTT), yakni berbisnis tanpa mempekerjakan pekerja lokal.
Di sisi lain, pemerintah menginginkan investasi asing yang masuk harus mampu menyerap tenaga kerja lokal. Budi menegaskan Starlink akan mendapatkan perlakuan yang sama dari pemerintah. Mereka bisa berbisnis di Indonesia dengan catatan memenuhi peraturan yang berlaku.
Sementara itu, Staf Khusus Kominfo Sarwoto Atmosutarno menyebut pemerintah tengah mengatur dan mengevaluasi skema bisnis yang akan dilakukan oleh Starlink. Namun, ia memastikan Starlink akan bekerja sama dengan para operator telekomunikasi lokal. "Kalau dia sudah dikatakan sebagai penyelenggara jaringan, interkoneksi (dengan operator telekomunikasi lokal) itu wajib," ujarnya.