PT Kimia Farma Tbk (KAEF) membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 177,36 miliar hingga September 2023. Kerugian emiten obat-obatan pelat merah ini menurun 1,97% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang rugi Rp 180,93 miliar.
Menelisik laporan keuangan perseroan, pendapatan Kimia Farma hingga kuartal ketiga tahun ini naik 8,15% menjadi Rp 7,71 triliun. Pada kuartal III 2022, perusahaan membukukan penjualan Rp 7,13 triliun.
Direktur Utama KAEF David Utama mengatakan Kimia Farma terus memperkuat portofolio produknya. Antara lain, produk-produk vitamin, mineral, dan suplemen (VMS), di mana kebutuhan produk VMS diperkirakan akan meningkat di tahun–tahun selanjutnya.
"KAEF tetap optimis dapat membukukan pertumbuhan penjualan yang positif hingga akhir tahun 2023, melalui serangkaian strategi," kata David dalam keterangan resmi, Selasa (31/10).
Strategi Perusahaan untuk Meningkatkan Kinerja
Rangkaian strategi perusahaan itu mencakup operational excellence di semua rantai bisnis, efisiensi, peningkatan komersialisasi produk serta optimalisasi modal kerja. David menjelaskan optimalisasi dengan berfokus pada prinsip Cash is King di mana perusahaan menjaga kelancaran arus kas untuk mendukung perbaikan operasional secara menyeluruh.
"Kami terus berkomitmen untuk memberikan service excellence kepada pelanggan dan melakukan transformasi untuk mencapai tujuan menjadi garda terdepan layanan kesehatan di Indonesia," kata David.
Pendapatan Kimia Farma disokong dari segmen penjualan produksi entitas yang tercatat Rp 2,04 triliun per September 2023, turun 4,98% dibandingkan dengan periode yang sama 2022 sebesar Rp 2,15 triliun. Sementara itu, penjualan dari produksi pihak ketiga mencapai Rp 5,66 triliun, meningkat 13,83% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Beban pokok penjualan Kimia Farma membengkak 6,25% menjadi Rp 4,89 triliun hingga September 2023. Adapun beban pokok penjualan Kimia Farma di periode yang sama tahun 2022 yaitu Rp 4,6 triliun. Menelisik lebih lanjut, beban pokok penjualan dari biaya produksi KAEF mencapai Rp 1,11 triliun, naik 3,07% yoy. Di sisi lain, beban usaha Kimia Farma juga turut naik 9,11% yoy menjadi Rp 2,77 triliun per September 2023.
Sementara itu, total aset Kimia Farma hingga 30 September 2023 mencapai Rp 20,55 triliun, meningkat 0,96% dari Desember 2022 yakni Rp 20,35 triliun. Liabilitas Kimia Farma mencapai Rp 11,1 triliun hingga 30 September 2023, naik 0,85% dari Desember 2022 yakni Rp 11,01 triliun. Sementara ekuitas perusahaan Rp 9,44 triliun, naik 1,1% dibandingkan posisi Desember 2022 sebesar Rp 9,33 triliun.