Emiten jagoan Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk (ABMM) mencatatkan laba bersih sebesar US$ 225,77 atau setara Rp 3,6 triliun per September 2023. Laba tersebut tumbuh 8% dari US$ 169,92 juta pada periode yang sama tahun 2022.
Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, Rabu (1/11) pencapaian tersebut ditopang oleh pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai US$ 1,13 miliar per 30 September 2023. Meningkat dari periode yang sama sebelumnya 2022 US$ 1,02 miliar. Sementara beban pokok pendapatan juga ikut naik, per September 2023 senilai US$ 636,91 juta meningkat menjadi US$ 813,33 juta pada 2023.
Pendapatan ABM Investama tersebut ditopang melalui segmen kontraktor tambang dan batu bara yang menyumbang sebanyak US$ 945,45 juta atau senilai dengan Rp 15 triliun. Nilai tersebut meningkat 7,5% dari periode yang sama sebelumnya 2022 sebesar US$ 879,1 juta atau Rp 14,02 triliun.
Selain tambang, logistik dan sewa kapal juga menyumbang US$ 108,955 juta atau Rp 1,73 triliun. Meningkat sebanyak 11,94% dari periode sebelumnya US$ 97,3 juta. Lalu, pendapatan jasa divisi site service dan repabrikasi terkerek 35,9% menjadi US$ 45,833 juta atau sebesar Rp 731 miliar.
Sedangkan laba periode berjalan meningkat 9,05% secara tahunan menjadi US$ 253,37 juta atau Rp 4,04 triliun pada akhir September 2023. Hal itu disebabkan beban pajak penghasilan turun 31,2% secara tahunan menjadi US$ 47,12 juta.
Meski ABMM raup laba Rp 3,6 triliun, saham ABMM pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Rabu (1/11) tampak lesu. ABMM merosot 7,33% ke level Rp 3.540. Data perdagangan BEI menunjukkan nilai transaksi saham ABMM tercatat mencapai Rp 13 miliar dengan volume 3,64 miliar saham dan frekuensi sebanyak 1.893 kali