PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 75,85 juta, setara Rp 1,15 triliun hingga September 2023 dengan asumsi kurs Rp 15.951 per dolar AS. Emiten aviasi pelat merah ini sebelumnya mencatatkan laba senilai Rp 3,7 triliun per September 2022.

Garuda Indonesia mencatatkan beberapa beban yang mempengaruhi kinerjanya per kuartal tiga 2023. GIAA membukukan tumbuhnya beban operasional penerbangan hingga 4,62% menjadi US$ 1,13 miliar atau Rp 18,1 triliun per September 2023. Sebelumnya beban operasional penerbangan US$ 1,08 miliar.

Lalu beban pemeliharaan dan perbaikan tercatat US$ 273,68 juta dari sebelumnya US$ 313,07 juta dan terdapat beban keuangan US$ 337,89 juta. Selanjutnya ada beban umum dan administrasi senilai US$ 129,07 juta.

Dalam laporan keuangaannya dikutip Rabu (1/11), GIAA turut mencatatkan beban bandara sebesar US$ 154,77 juta. Serta beban tiket, penjualan dan promosi US$ 149,77 juta dan beban pelayanan penumpang mencapai US$ 123,26 juta.

Di sisi lain pendapatan usaha Garuda Indonesia tumbuh 49,02% menjadi US$ 1,72 miliar, setara Rp 27,5 triliun per kuartal tiga 2023. Dibandingkan sebelumnya, pendapatan GIAA tercatat US$ 1,15 miliar.

Menelisik laporan keuangan Garuda Indonesia, pendapatan perusahaan dikontribusi dari segmen penerbangan berjadwal yang tercatat US$ 1,72 miliar atau Rp 27,5 triliun.

Dari sisi penerbangan berjadwal penumpang, GIAA meraih US$ 1,59 miliar dari sebelum US$ 980,08 juta. Di sisi lain dari penerbangan berjadwal kargo dan dokumen, perusahaan meraih US$ 126,28 juta.

Pendapatan juga diraih dari segmen penerbangan tidak berjadwal senilai US$ 274,25 juta dari sebelumnya US$ 162,79 juta. Serta perolehan dari lain-lainnya yakni US$ 235,91 juta.

Jumlah aset Garuda Indonesia hingga 30 September 2023 yaitu US$ 6,15 miliar atau Rp 98,19 triliun. Aset Garuda Indonesia menyusut 1,26% dari Desember 2022 yakni US$ 6,23 miliar.

Lalu liabilitas GIAA yaitu Rp US$ 7,76 miliar hingga 30 September 2023. Liabilitasnya turun 0,04% dari Desember 2022 yakni US$ 7,77 miliar. Sementara ekuitas perusahaan tercatat rugi US$ 1,61 miliar per September 2023. Kerugiannya naik 4,92% dari sebelumnya US$ 1,53 miliar.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail