PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI menggenjot berbagai strategi untuk menuju visinya menjadi  10 besar global Islamic bank. 

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk Hery Gunardi mengatakan, dalam kancah perbankan syariah global, bank-bank Timur Tengah mendominasi kapitalisasi pasar.  Sementara di tingkat regional, Malaysia menjadi pusat bank syariah terbesar berdasarkan aset.

Di peringkat global, Al Rajhi Bank dari Arab Saudi memimpin sebagai yang teratas, sedangkan BSI saat ini berada di posisi ke-13 secara global.

“BSI sendiri saat ini telah melakukan ekspansi global dengan membuka cabang di Dubai dan memiliki rencana ekspansi di Arab Saudi, termasuk Jeddah, Mekkah, dan Madinah, yang diharapkan dapat diselesaikan pada tahun depan, dan mendukung terwujudnya visi dan ambisi kami untuk menjadi Top 10 Global Islamic Bank,” kata Hery dalam keterangan resmi Selasa (21/11).

Dalam konteks domestik, BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia merupakan satu-satunya bank syariah yang berada di KBMI 3 dengan total aset Rp 33,57 triliun.

“Dengan 87% populasi Indonesia mengidentifikasi diri sebagai muslim dan 46% menyatakan preferensi kuat terhadap produk syariah, bank-bank syariah terutama BSI siap untuk mengembangkan peran mereka di Indonesia,” kata Hery.

Lebih lanjut Hery mengatakan bahwa industri keuangan syariah memiliki potensi yang luar biasa besar dan hal ini terlihat dari pertumbuhan yang luar biasa secara global yang mencapai total nilai US$ 3,05 triliun pada tahun 2021.

“Pertumbuhan global ini diprediksi dapat mencapai US$ 4,94 triliun pada tahun 2025. Pangsa pasar perbankan syariah yang mencapai 68,7% ini kemudian terus membentuk lanskap layanan keuangan di seluruh dunia. Tentunya hal ini merupakan peluang yang besar bagi perbankan dan keuangan syariah untuk terus tumbuh,” katanya.

Dengan meningkatnya preferensi terhadap perbankan syariah di kalangan nasabah, bank dengan kode emiten BRIS tersebut memperluas fokus lebih dari sekedar individu, tapi juga memanfaatkan karyawan atau ekosistem mereka untuk peluang cross selling. 

Di BSI sendiri, Hery mengatakan, perusahaan memiliki preferensi dalam memberikan layanan keuangan bagi haji dan umrah. Volume transaksi pembayaran umrah dan haji sudah menguasai pangsa pasar sebesar 85%.

“Oleh karena itu, kami menawarkan solusi komprehensif bagi umat Islam di negara ini, yang mencakup pengelolaan kas dan pembiayaan, termasuk memfasilitasi transaksi bisnis melalui layanan panggilan dan penawaran,” kata ia. 

Hery menyatakan, terdapat peran krusial teknologi dalam transformasi perbankan, terutama dengan dominasi Generasi Z, Y, dan X. Hasil survei menyoroti pentingnya perbankan online dan investasi tanpa pertemuan tatap muka, dengan segmen muda diperkirakan akan berkontribusi hingga 75% dari total pendapatan bank pada tahun 2030.

Di sisi lain, per September 2023, BSI berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu dari sepuluh bank terbesar di Indonesia. Dalam pencapaian tersebut, BSI menempati peringkat ketujuh berdasarkan total aset dengan pertumbuhan sebesar 14,23%.

Selain itu, bank ini mengukir prestasi sebagai peringkat keenam dalam hal pembiayaan dengan pertumbuhan yang signifikan mencapai 16,26%, dan menempati peringkat kelima dalam hal tabungan.

“Pencapaian luar biasa juga terlihat dalam pertumbuhan laba bersih yang mencapai 31,03%, menjadikan BSI sebagai salah satu pemimpin di sektor tersebut,” ujarnya.

Sementara Mantan Rektor UIII Komaruddin Hidayat menyoroti potensi bank syariah dalam memainkan peran kunci di masa depan Indonesia dengan menyediakan layanan keuangan untuk UMKM dan wirausaha mikro. Komarudin menekankan bahwa UMKM dan wirausaha mikro adalah tulang punggung ekonomi Indonesia, namun sering mengalami kesulitan dalam mengakses sumber daya keuangan.

"Bank syariah diharapkan dapat memberikan dukungan finansial kepada UMKM untuk memperluas bisnis dan menciptakan lapangan kerja, serta mempromosikan inklusi keuangan di komunitas yang kurang dilayani," ungkapnya.

Dalam komitmennya terhadap pembiayaan berkelanjutan, BSI menyalurkan dana sebesar Rp 53,6 triliun atau US$ 3,47 miliar hingga kuartal tiga 2023, yang sebagian besar dialokasikan untuk pembiayaan UMKM sebesar 43,4 triliun.