Gadis Kretek yang tayang 2 November lalu tengah digemari masyarakat saat ini dan berhasil menjadi serial nomor 1 di Netflix. Gadis Kretek adalah serial yang diadaptasi dari novel Ratih Kumala yang berjudul sama.
Serial ini dibintangi Dian Sastro dan Ario Bayu sebagai bintang utama. Dian Sastro berperan sebagai Dasiyah yang bercita-cita menjadi pembuat saus rokok kretek di pabrik rokok milik ayahnya.
Namun tak hanya Gadis Kretek, industri rokok pun masih diminati masyarakat Indonesia saat ini. Seiring hal tersebut, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) berupaya mempertahankan posisi unggulnya di pasar, seiring dengan tantangan dalam industri tembakau semakin meningkat.
Kenaikan tarif cukai yang jauh melampaui tingkat inflasi telah menimbulkan tekanan hingga menciptakan kesenjangan besar antara golongan tarif. Sementara peredaran rokok ilegal juga semakin menguat.
Data terkini menunjukkan penurunan volume industri rokok sebesar 5,0% dari Januari hingga September 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara tren positif tampak menghampiri segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan pemulihan yang terlihat pada pangsa pasarnya mencapai 27% pada kuartal tiga 2023. Setelah mengalami penurunan yang berkelanjutan dari 37% pada 2006 menjadi 17% pada 2019, segmen SKT mulai menunjukkan perbaikan kinerja yang menggembirakan dalam beberapa tahun terakhir.
“Pemulihan segmen SKT didorong oleh kebijakan pemerintah untuk cukai produk tembakau. Khususnya sejak 2021 yang mempertimbangkan aspek serapan tenaga kerja pada segmen SKT,” tulis Presiden Direktur HM Sampoerna Vassilis Gkatzelis dalam rilis resmi dikutip Kamis (23/11).
Sejalan dengan tren pemulihan segmen SKT, HM Sampoerna sebagai produsen SKT dengan merek dagang Dij Sam Soe dan Sampoerna Kretek berencana menyerap puluhan ribu tenaga kerja baru. Lowongan itu tersebar di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat.
Vassilis menyampaikan bahwa perusahaan akan menambah fasilitas produksi SKT Sampoerna melalui investasi US$ 42 juta atau sebesar Rp 638 miliar. Investasi itu diyakini akan memperkuat portofolio SKT Sampoerna yang telah dimulai sejak 1913.
Dengan membangun fasilitas produksi baru untuk SKT dan merekrut lebih banyak tenaga kerja, Vassilis yakin langkah yang diambil oleh Sampoerna akan membuka peluang kerja dalam sektor formal bagi penduduk setempat.
Sampoerna juga mengapresiasi upaya pemerintah untuk menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terprediksi di Indonesia, termasuk kebijakan yang mendorong kinerja sektor padat karya SKT.
“Upaya ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan perputaran ekonomi daerah yang selanjutnya turut meningkatkan perekonomian nasional," ujar Vassilis.