Emiten portofolio Lo Kheng Hong PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN genjot pembangunan jaringan gas rumah tangga atau Jargas. Langkah itu dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam rangka mengoptimalkan gas bumi sebagai andalan energi transisi.
”PGN berupaya semaksimal mungkin sesuai perannya dalam hal ini melalui pengembangan Jargas untuk meningkatkan pemanfaatan gas sebagai energi transisi,” ujar Direktur Sales dan Operasi PGN, Ratih Esti Prihatini, Selasa (30/1).
Pembangunan Jargas jelas ia dilakukan melalui dua sumber pembiayaan, yaitu bersumber dari APBN dan dari dana internal PGN. Dari total estimasi kurang lebih 900 ribu sambungan rumah tangga (SR) pada 2024, sekitar 330 ribu SR di antaranya dibangun dari biaya yang bersumber dari perusahaan. Lalu sebanyak 570 ribu SR lainnya dibiayai APBN.
”Dengan dukungan harga pasokan gas yang kompetitif dan dilakukannya penyesuaian harga jual gas secara berkala menyesuaikan daya beli masyarakat kami meyakini Jargas akan memberikan manfaat yang luas bagi negara dan masyarakat,” kata Ratih.
Pemerintah sejauh ini telah membangun infrastruktur Jargas dengan mekanisme APBN dan PGN. Sampai dengan Desember 2023 tercatat telah terealisasi sebanyak 800 ribu SR pelanggan Jargas aktif yang dikelola PGN.
Data PGN mencatat, pada 2024 target tambahan pelanggan Jargas mencapai sebanyak sekitar 117.000 SR. Maka proyeksi pengelolaan pelanggan Jargas sampai dengan akhir tahun ini mencapai lebih dari 900 ribu SR.
Sementara Jargas menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet perlu segera dioptimalkan sebagai energi substitusi bagi masyarakat. Selain karena gas bumi merupakan energi transisi yang ramah lingkungan, upaya ini penting dijalankan sebagai solusi konkrit mengurangi anggaran subsidi energi yang terus meningkat setiap tahunnya.
”Kebutuhan untuk mengarus utamakan cadangan gas bumi sebagai alternatif energi yang digunakan masyarakat memang perlu diintensifkan. Apalagi, cadangan gas Indonesia cukup besar untuk mendukung penyelenggaraan program Jargas,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan gas Indonesia per tahun 2023 mencapai 2,269 trillion British Thermal Unit (tbtu). Cadangan tersebut diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik selama kurang lebih 60 tahun ke depan.
”Di sisi lain, penggunaan gas oleh rumah tangga secara proporsi itu relatif masih kecil. Sehingga sebenarnya memang pemerintah punya ruang untuk mengembangkan Jargas sebagai sekali lagi, alternatif pengganti LPG saat ini,” kata ia.
Penggunaan Jargas secara lebih masif akan membawa dampak positif lainnya yaitu mendukung upaya penghematan biaya subsidi energi. Seperti diketahui, realisasi subsidi energi pada 2023 adalah sebesar Rp 159,6 triliun. Sebesar Rp 95,7 triliun di antaranya adalah untuk subsidi BBM dan LPG.
Pada tahun 2024, target subsidi energi secara keseluruhan adalah menjadi Rp 186,9 triliun. Begitu pun untuk subsidi BBM dan elpiji meningkat menjadi Rp 113,3 triliun.
Pengembangan Jargas, jelas Rendy akan membantu meringankan beban neraca transaksi dimaksud. Sekalipun pada awalnya dibutuhkan investasi untuk pembangunan infrastruktur Jargas namun positif secara jangka panjang.
Yusuf meyakini bahwa minat atas program Jargas bisa sangat tinggi. Sebab juga memiliki dampak lingkungan yang positif terutama berkaitan dengan peran gas bumi sebagai energi transisi menuju emisi nol bersih.