PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tak bisa menjanjikan bunga kredit bakal turun meskipun Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berpotensi menurunkan suku bunganya pada tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, keputusan untuk menurunkan suku bunga kredit di perbankan tergantung pada kebijakan setiap bank dalam membentuk portofolio pendanaan. Ia menyebut terdapat perbedaan antara bank-bank besar yang memiliki sedikit dana murah atau current account saving account (CASA) seperti deposito berjangka dan bank lain yang memiliki deposito dalam jumlah yang besar.
Jahja pun menekankan ada kemungkinan penurunan suku bunga terkait dengan deposito berjangka. Ia menyebut, bank dengan kode emiten BBCA itu dapat menurunkan suku bunga deposito sebelum menerima sinyal resmi dari pemerintah atau BI tentang penurunan suku bunga acuan.
Adapun kebijakan terkait kredit menurutnya perlu diingat. Hal itu terutama terkait kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 2,25%–2,5%, di mana meskipun terjadi kenaikan namun sebagian besar bank tidak banyak yang ikut-ikutan menaikkan suku bunga kreditnya.
Sehingga nantinya di kala penurunan suku bunga, bisa saja ada beberapa perbankan yang memutuskan menahan suku bunga, sementara lainnya menurunkan. Penurunan tersebut tak lain dilakukan dalam rangka persaingan penyaluran kredit.
“Ya mungkin dalam hal itu bisa saja terjadi penurunan suku bunga kredit. Jadi tidak janji nih,” kata Jahja di kanal youtube Mirae Asset Sekuritas Indonesia bertajuk “Pertumbuhan Berkelanjutan Ala BCA”, Kamis (22/2).
Ia mengatakan banyak faktor yang menjadi pertimbangan BCA sebelum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga kredit. Misalnya saja terkait sisi permintaan dan penawaran, persaingan di pasar, biaya dana, biaya operasional sektor, dan faktor-faktor lainnya.
Target Kredit
Di acara yang sama Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menargetkan penyaluran kredit tahun ini bisa mencapai 8%-10%. Namun hal itu bisa berubah tergantung dari kondisi ekonomi dan minat terhadap kredit perseroan. Apalagi, saat ini likuiditas juga sedang bagus. Kemudian di akhir pekan depan akan ada BCA Expoversary 2024.
Sementara Jahja mengatakan, sampai Juni mendatang, BCA memiliki kesempatan untuk melakukan revisi bisnis bank alias RBB. Adapun, laju kredit menurutnya saat ini sedang mengalami peningkatan apalagi pemilu presiden (Pilpres) berpotensi berlangsung satu putaran.
Meski begitu, ke depannya para pengusaha juga sedang menunggu penunjukkan menteri-menteri di kabinet pemerintahan yang baru. “Kalau itu positif, tentu akan lebih baik dan itu pertumbuhan bisa cepat di kuartal empat,” katanya.
Kredit, kata Jahja di kuartal pertama awal tahun biasanya mengalami pelemahan, namun berbeda dengan periode tahun ini.
“Kuartal satu biasanya polanya melemah, tapi ini baru bulan ke dua cukup bagus. Koreksinya tidak setajam musim-musim sebelumnya. Apalagi Maret juga positif karena persiapan jelang lebaran sehingga ekonomi bisa lebih bergairah. Ada juga musim THR. Jadi kami optimistis kuartal satu cukup bagus,” ucap Jahja.