PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) meningkatkan kepemilikan saham di anak usahanya, PT Cahaya Power Indonesia (CPI), yang bergerak di bidang energi terbarukan, khususnya tenaga surya. Penambahan saham ini mencerminkan strategi perusahaan untuk memperbesar bisnis di luar sektor batu bara.
Menurut keterangan resmi manajemen ITMG, penambahan kepemilikan saham di CPI dilakukan melalui anak usahanya, PT ITM Bhinneka Power (IBP) yang 70% sahamnya dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan tidak menyebutkan secara detail nilai penambahan saham di anak usaha tersebut. Namun, ITMG menyebut kepemilikan saham IBP di CPI meningkat dari 60% menjadi 79,5% pasca transaksi tersebut.
"Kepemilikan saham Indo Tambangraya Megah secara efektif di CPI berubah dari 42% menjadi 55,65%," demikian pernyataan resmi manajemen, Kamis (22/2).
Menurut Laporan Keberlanjutan Indo Tambangraya Megah 2022, bisnis pengembang tenaga surya ini sudah disiapkan sejak 2021 oleh IBP. Pada 2022, CPI menyelesaikan pembangunan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di dua lokasi di Jakarta dengan kapasitas 54 kiloWatt peak (kWP).
CPI memfokuskan bisnisnya dalam panel surya atap yang membidik pelanggan perkantoran dan pabrik. CPI juga membangun PLTS PV Bunyut dengan kapasitas 2 megawatt pekan (MWp) untuk memenuhi kebutuhan energi di Pelabuhan Gugus Melak.
Direktur Komunikasi Perusahaan dan Hubungan Investor ITMG Yulius Gozali pada Mei 2023 menyebut bahwa perusahaan mengkaji kemungkinan untuk melaksanakan initial public offering (IPO) bagi anak usahanya yang bergerak di sektor energi terbarukan. "Yang sedang dipikirkan, (IPO) terkait energi terbarukan, misalnya untuk pembangkit listrik tenaga surya di bawah PT ITM Banpu Power jika sudah banyak investasi di tenaga surya dan solar rooftop, bisa saja kita sapih menjadi satu perusahaan terbuka," ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan bersih ITMG per 30 Desember 2023 mencapai US$2,37 miliar, turun 34,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$3,63 miliar. Penurunan pendapatan disebabkan harga rata-rata penjualan (average selling price/ASP) batu bara yang turun 41% dari US$192 per ton pada 2022 menjadi US$113 per ton pada 2023.
Perusahaan membukukan laba tahun berjalan 2023 yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$500,33 juta. Angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 58,3% dibandingkan periode yang sama 2022 sebesar US$1,2 miliar.