Emiten batu bara, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$ 1,23 miliar atau setara Rp 19,52 triliun (kurs Rp 15.761 per dolar AS).

Laba perusahaan orang terkaya nomor dua di Indonesia Low Tuck Kwong itu anjlok 43% dibandingkan dengan laba 2022 yakni sebesar US$ 2,17 miliar atau senilai Rp 34,33 triliun.

Penurunan laba seiring pendapatan BYAN yang juga merosot 23,85% menjadi US$ 3,58 miliar atau setara Rp 56,44 triliun. Padahal pendapatan pada 2022 mencapai US$ 4,70 miliar atau Rp 74,14 triliun.

Secara rinci, pendapatan BYAN di 2023 didominasi oleh pendapatan dari penjualan batu bara pihak ketiga yang mencapai US$ 3,39 miliar. Sementara pendapatan dari pihak berelasi sebesar US$ 181,47 juta. Selain itu, pendapatan non-batu bara dari pihak ketiga tercatat sebesar US$ 9,29 juta.

Meskipun pendapatan BYAN menurun, beban pokok pendapatan justru mengalami peningkatan menjadi US$ 1,91 miliar atau naik 24,20% dari periode tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,54 miliar. Dengan demikian, laba kotor BYAN mengalami penurunan sebesar 47,33% menjadi US$ 1,66 miliar, dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 3,16 miliar.

Pada Desember 2023, BYAN mencatatkan liabilitas sebesar US$ 1,46 miliar atau turun sebesar 24% dari tahun sebelumnya yang tercatat US$ 1,95 miliar. Manajemen mengungkapkan bahwa penurunan liabilitas disebabkan oleh penurunan utang pajak, utang dividen, utang derivatif, dan akrual.

Secara rinci, liabilitas jangka panjang mencapai US$ 126,90 juta, sementara liabilitas jangka pendek US$ 1,33 miliar. Total ekuitas perseroan tercatat sebesar US$ 1,97 miliar, kemudian total aset tercatat sebesar US$ 3,44 miliar pada Desember 2023.

Menilik data perdagangan, Selasa (5/3) pukul 10.45 WIB saham BYAN terpantau turun 0,26% ke posisi Rp 19.400 per dolar AS. Adapun dalam setahun ini saham BYAN mengalami kenaikan 2,37%.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila