PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menargetkan dapat memproduksi 833 ribu metrik ton kering konsentrat tahun ini. Produksi itu diproyeksikan mengandung 456 juta pon tembaga dan sedikit di atas satu juta ons emas. AMMN juga menganggarkan belanja modal jumbo pada 2024.
Presiden Direktur Amman Mineral Internasional, Alexander Ramlie, mengatakan target produksi ini didorong oleh bijih segar berkadar tinggi dari fase tujuh yang akan ditambang dan diproses. Dirinya mengatakan fokus diarahkan pada volume logam dalam bentuk tembaga dan emas dibandingkan volume konsentrat.
"Sebab pendapatan didorong oleh kandungan logam dalam konsentrat dan bukan dari volume konsentrat," katanya dalam keterangan resmi perseroan, Senin (27/3).
Melansir panduan kinerja 2024 tersebut, Amman Mineral menargetkan kemajuan pembangunan smelter untuk penyelesaian mekanis dapat rampung pada akhir Mei 2024.
"Pembangunan smelter akan berjalan sesuai jadwal dengan target penyelesaian mekanis sesuai dengan ketentuan pemerintah," tuturnya.
Metrik Operasional dan Keuangan | Panduan Tahun Fiskal 2024 |
Produksi Tembaga | 456 juta pon |
Produksi Emas | 1.009 kilo ons |
Produksi Konsentrat | 833.000 metrik ton kering |
Adjusted C1 Cost | US$ 0,35 per pon |
Kemajuan pembangunan smelter | Penyelesaian mekanis pada akhir Mei 2024 |
Belanja Modal | |
Smelter dan PMR | US$ 415 juta |
PLTGU, LNG, dan Fasilitas T&D | US$ 438 juta |
Ekspansi pabrik konsentrator | US$ 530 juta |
Infrastruktur pendukung | US$ 205 juta |
Desain ulang ekspansi pabrik konsentrator | US$ 114 juta |
Sustaining Capex | US$ 303 juta |
Total Belanja Modal | US$ 2.005 juta, setara Rp 31,77 triliun |
Usai penyelesaian mekanis smelter, Alexander mengatakan akan fokus pada komisioning smelter dan peningkatan produksi selama empat sampai lima bulan untuk menghasilka katoda tembaga pertama.
Adapun, perusahaan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 2 miliar, setara Rp 31,77 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.849 per dolar Amerika Serikat (AS). Alexander mengatakan perusahaan menambahkan dua komponen baru untuk belanja modal yakni infrastruktur pendukung dan desain ulang ekspansi pabrik konsentrator.
"Infrastruktur pendukung meliputi lokasi townsite baru, pelabuhan, transportasi, dan fasilitas pendukung lainnya," tutur Alexander. Dia menjelaskan desain ulang ekspansi pabrik konsentrator ini disebabkan oleh pengetatan standar desain yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.