Emiten Merdeka Group yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatatkan kinerja yang lesu sepanjang 2023.

Usai menelisik laporan kinerjanya sepanjang 2023, Merdeka Copper Gold mengalami kerugian US$ 20,65 juta, setara Rp 327,93 miliar sepanjang 2023 dengan asumsi kurs Rp 15.875 per dolar Amerika Serikat.

Sementara Merdeka Battery Materials mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 6,92 juta yang anjlok hingga 68,01% jika dibandingkan perolehan laba 2022 yaitu US$ 21,66 juta.

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan kerugian US$ 20,65 juta, setara Rp 327,93 miliar sepanjang 2023 dengan asumsi kurs Rp 15.875 per dolar Amerika Serikat. Dibandingkan periode yang sama tahun 2022, Merdeka Copper Gold membukukan laba yang diatribusikan kepada entitas induk US$ 58,42 juta.

Padahal MDKA mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan usaha hingga 96,2% menjadi US$ 1,7 miliar, setara Rp 27,09 miliar sepanjang 2023. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 869,87 juta.

Pendapatan perusahaan disokong dari ekspor penjualan emas, perak, katoda tembaga, NPI, nikel matte dan bijih nikel limonit. Dari sini, perusahaan meraup pendapatan US$ 1,03 miliar di 2023. Sebelumnya yaitu pada periode yang sama 2022 perusahaan hanya mengantongi US$ 638,43 juta. Sementara dari penjualan domestik, perusahaan memperoleh US$ 673,62 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 221,09 miliar.

Namun pendapatan perusahaan tercekik dari sederet beban yang mempengaruhi perolehan kinerja sepanjang 2023. Melansir laporan keuangannya lebih lanjut beban pokok pendapatan sebesar US$ 1,56 miliar. Angka beban pokok pendapatan membengkak dari sebelum US$ 705,56 juta.

Lalu terdapat beban umum dan administrasi sebesar US$ 48,93 juta. Angkanya tuurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebear US$ 53,06 juta. Sementara beban keuangan Merdeka Copper Gold hingga 2023 sebesar US$ 79,72 juta dari sebelumnya US$ 43,43 juta.

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA)
Kinerja Merdeka Battery Materials juga mencatatkan pelemahan di sepanjang 2023. Perusahaan hanya mampu mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 6,92 juta. Laba perusahaan tergerus 68,01% jika dibandingkan perolehan laba 2022 yaitu US$ 21,66 juta.

Hal ini berbanding terbalik dengan pendapatan usaha perusahaan yang berhasil membukukan pertumbuhan sepanjang 2023 yakni 191,46% menajadi US$ 1,32 miliar. Jika dibandingkan dengan periode kuartal empat 2022 yakni US$ 455,71 juta.

Perolehan perusahaan berasal dari perolehan penjualan dari pihak ketiga sebesar US$ 873,44 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 455,73 juta.

Walaupun perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang pesat, beban pokok pendapatan ikut membengkak. Kinerja keuangan Merdeka Battery Materials mencatatkan beban pokok pendapatan sepanjang 2023 sebesar US$ 1,25 miliar, menggemuk 204,09% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 411,33 juta.

Adapun beban usaha perusahaan juga tercatat meningkat 115,07% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 13,91 juta.

Sementara Senior Investment Analyst Stockbit Anggaraksa Arismunandar menilai, meski kinerja MDKA dan MBMA tahun 2023 berpotensi menekan pergerakan sahamnya, namun ia melihat pasar sedikit banyak sudah mengantisipasi hal ini. Hingga penutupan Rabu (27/3), harga saham MDKA dan MBMA masing-masing telah turun 15,6% dan 14% secara year to date.

“Ke depannya, kinerja MDKA dan MBMA dapat kembali pulih apabila harga emas terus berada di level yang tinggi, serta harga nikel dapat pulih,” tulisnya dalam riset, Kamis (28/3).

Untuk tahun 2024, MDKA menargetkan produksi emas pada kisaran 100-120 ribu ons dengan biaya produksi pada rentang US$ 900-1.050 per ton.

MBMA memiliki guidance produksi NPI antara 85-92 ribu ton dengan cash cost antara US$ 10.000-12.000 per ton. Sementara produksi nickel matte ditargetkan sebesar 50-55 ribu ton dengan cash cost pada rentang US$ 13.000-15.000 per ton. 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail