Keuangan PT Timah Tbk (TINS) merosot tajam di tengah terkuaknya skandal mega korupsi yang disinyalir bisa merugikan negara hingga Rp 271 triliun. Mega korupsi antara lain melibatkan nama-nama besar seperti suami aktris Sandra Dewi yakni Harvey Moeis dan crazy rich PIK Helena Lim.

PT Timah tercatat mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 449,69 miliar pada 2023. Padahal di tahun 2022, emiten pelat merah ini mampu mencetak laba bersih Rp 1,04 triliun.

Kerugian Timah sejalan dengan laju pendapatan yang turun dari Rp 12,5 triliun pada 2022 menjadi Rp 8,39 triliun pada tahun 2023. Sementara beban pokok pendapatan turun ke Rp 7,92 triliun di 2023, dari sebelumnya Rp 9,97 triliun di 2022.

Menilik data kinerja 2023 dan kasus yang menimpa TINS, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa sentimen tersebut membuat prospek TINS menjadi buruk atau kurang kondusif.

“Karena memang prospek komoditas rata-rata lesu tahun ini seiring dengan perlambatan ekonomi global,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (1/4).

Arjun pun menilai kasus korupsi yang ada di tubuh Timah, jelas berdampak besar ke perusahaan. Untuk itu, ia memasang target harga TINS Rp 580 per lembar.

Pada perdagangan Senin (1/4) pukul 13.45 WIB saham TINS terpantau merosot 4,82% atau 40 poin ke Rp 790 per lembar. Dalam sepekan saham TINS melemah 0,63% dan setahun anjlok 23,3%.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani mengatakan, lambatnya pemulihan perekonomian global dan domestik, serta tekanan harga logam timah dunia di tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS dan lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang terjadi di Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang belum membaik, berdampak negatif pada bisnis pertimahan di Indonesia khususnya perseroan.

“Penurunan volume penjualan logam timah sebesar 6.420 metrik ton dan penurunan harga jual rerata logam timah sebesar US$ 4.891 per metrik ton dari tahun 2022 berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan di tahun 2023,” ujarnya dalam keterangan resmi.

TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau 74% pada akhir tahun 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton. Adapun produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau 77% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton, serta penjualan logam timah sebesar 14.385 metrik ton atau 69% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton.

Harga jual rerata logam timah sebesar US$ 26.583 per metrik ton atau lebih rendah 84% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 31.474 per metrik ton. Sampai dengan akhir tahun 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17%, Korea Selatan 13%, Belanda 11%, India 9%, Taiwan 9% dan Amerika Serikat 8%.

Posisi nilai aset perseroan pada tahun 2023 sebesar Rp 12,8 triliun, sementara posisi liabilitas sebesar Rp 6,6 triliun, naik 9,7% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 6,0 triliun. Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada akhir tahun 2023 menjadi Rp 3,5 triliun dari sebelumnya Rp 2,8 triliun. Posisi ekuitas sebesar Rp 6,2 triliun, turun 11% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 7,0 triliun seiring kerugian yang dialami perseroan.

Indikator keuangan perseroan, menurut Fina masih menunjukkan hasil yang baik, terlihat dari beberapa rasio keuangan penting di antaranya Quick Ratio sebesar 38%, Current Ratio sebesar 139%, Debt to Asset Ratio sebesar 5,41%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 105,9%

Strategi 2024

Di tahun 2024 ini, perseroan fokus pada peningkatan produksi melalui penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan dan program efisiensi berkelanjutan, manajemen optimis kinerja perseroan di tahun ini akan lebih baik sesuai dengan target.

Manajemen menyusun strategi dan kebijakan untuk menjaga kinerja Timah tetap berkelanjutan. Program-program peningkatan produksi sampai dengan saat ini masih dilakukan seperti pembukaan lokasi baru, peningkatan kapasitas produksi tambang primer dari alat penambangan maupun alat pengolahan, dan memperbaharui IUP yang ada.

Serta melakukan survei lokasi dan inventarisir kepemilikan lahan untuk pembukaan tambang darat baru serta peningkatan recovery dengan melakukan upgrading kembali dari sisa hasil pengolahan sebagai upaya strategis untuk meningkatkan kinerja perseroan.

“Selain itu, program efisiensi berkelanjutan baik dari hulu ke hilir pun terus diupayakan,” ucap Fina.

Bersama dengan upaya perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah Indonesia yang digencarkan oleh pemerintah ditengah terjadinya aktifitas penambangan tanpa izin, perseroan terus mendorong perbaikan tata kelola pertimahan.

“Kami akan gencar melakukan pengamanan aset dan penegakan aturan, serta kerja sama penambangan rakyat untuk mereduksi penambangan tanpa izin di wilayah konsesi pertambangan, serta konsisten dan berkomitmen dalam melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kinerja operasi dan produksi,” kata Fina.