Perkuat Bali International Hospital, IHC Kerja Sama dengan SingHealthi

ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Direktur Utama IHC drg Mira Dyah Wahyuni (ketiga kiri) menunjukkan nota kesepahaman terkait layanan kesehatan dengan Group CEO SingHealth, Ng Wai Hoe (keempat kanan) disaksikan Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung (ketiga kanan) di Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (30/4/2024).
Penulis: Antara
Editor: Sorta Tobing
30/4/2024, 15.56 WIB

PT Pertamina Bina Medika-Indonesia Healthcare Corporation (IHC) menjalin kerja sama dengan lembaga kesehatan Singapura, SingHealth. Kolaborasi keduanya untuk peningkatan layanan kesehatan Bali International Hospital (BIH) menjadi tujuan wisata medis.

"Bali International Hospital rencananya akan kami buka pada September 2024," kata Direktur Utama IHC drg Mira Dyah Wahyuni di Sanur, Denpasa, Bali, Selasa (30/4). 

Nota kesepahaman antar keduanya berlangsung hari ini di Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK Sanur. Hadir dalam acara itu Group CEO SingHealth Ng Wai Hoe dan Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung. 

IHC dan SingHealth sepakat untuk saling berbagai atau cross-sharing praktik klinis, inovasi, dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan kedua negara. IHC nantinya mendapat akses pengetahuan dan keahlian layanan kesehatan dari Negeri Singa, seperti manajemen rumah sakit, pelatihan staf, penelitian, dan pengembangan kompetensi dokter. 

Tiga bidang prioritas dalam kerja sama ini adalah kualitas, keselamatan pasien, dan penelitian. "Kami bisa berbagi praktik terbaik, belajar satu sama lain, membantu melatih dan edukasi dokter serta menyediakan perawatan kesehatan lebih baik untuk pasien," ucap Ng. 

Terkait Bali International Hospital, Mira mengatakan rumah sakit ini memiliki perawatan utama untuk kanker, yakni pemindaian tomografi emisi positron (PET). Fasilitas serupa baru ada tiga di Indonesia dan semuanya terpusat di Jakarta. 

BIH juga melayani perawatan penyakit lainnya, seperti kardiologi, onkologi, syaraf/stroke, gastrologi dan ortopedi. Lokasinya berada di KEK Sanur dengan luas area sebesar lima hektare. 

Pemerintah berharap, fasilitas di KEK kesehatan tersebut dapat menurunkan angka pasien Indonesia yang berobat di luar negeri. Berdasarkan data Dewan Nasional KEK, pada 2030 diperkirakan sekitar 4% sampai 8% penduduk akan beralih memilih berobat di Tanah Air. 

Secara nominal, penghematan devisanya dapat mencapai Rp 86 triliun hingga 2045 dan menambah devisa hingga Rp 19,6 triliun. KEK Kesehatan Sanur memiliki nilai investasi sebesar Rp 10,2 triliun.