PT Timah Tbk (TINS) membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 29,54 miliar pada kuartal pertama 2024. Keuntungan ini anjlok 41% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 50,27 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan TINS yang dipublikasikan pada Selasa (30/4), perusahaan membukukan pendapatan Rp 2,05 triliun, turun 5,3% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu senilai Rp 2,17 triliun.
Manajemen TINS mengungkapkan penurunan pendapatan terjadi di tengah kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 1,9% dari USD 26.573 per metrik ton di kuartal I 2023, menjadi USD 27.071 per metrik ton di kuartal I 2024. Tak hanya itu, perusahaan mencatatkanpenurunan harga pokok pendapatan sebesar 7,7% dari Rp 1,91 triliun di kuartal I 2023 menjadi Rp 1,76 triliun di kuartal I 2024.
Saat ini, harga rata-rata timah CSP di LME sejak Maret 2024 meningkat 12% menjadi USD 29.084 per ton dari harga rata-rata timah CSP di LME selama tahun 2023 sebesar USD 25.959 per ton serta proyeksi harga timah versi Bloomberg di kisaran USD 23.000 – 29.000 per metrik ton.
Seiring dengan hal itu, nilai aset perseroan pada kuartal I 2024 sebesar Rp 12,82 triliun. Sementara posisi liabilitas sebesar Rp 6,46 triliun, turun 2,35% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,61 triliun. Manajemen menyebut hal itu karena berkurangnya interest bearing debt dan beban akrual. Lalu, posisi ekuitas TINS sebesar Rp 6,37 triliun atau naik 2,01% dibandingkan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp 6,24 triliun.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, Fina Eliani mengatakan fokus perseroan kini yakni meningkatkan produksi meliputi penambahan alat tambang dan pembukaan lokasi baru, strategi recovery plan serta program efisiensi berkelanjutan secara perlahan berimbas pada perbaikan kinerja keuangan perseroan.
“Sehingga membukukan laba positif di kuartal I 2024 seiring perbaikan tata kelola pertambangan dan niaga timah Indonesia,” ujar Fina dalam keterangannya, dikutip Kamis (2/5).
Selain itu, perseroan berupaya mencapai target produksi dengan melakukan beberapa inisiatif strategis seperti peningkatan sumber daya dan cadangan secara organik/anorganik dan optimalisasi penambangan dan pengolahan timah primer melalui peningkatan recovery.
Tak hanya itu, perusahaan juga akan melalukan perbaikan tata kelola kemitraan penambangan, optimalisasi produksi melalui percepatan pembukaan lokasi baru, serta efisiensi berkelanjutan di seluruh lini bisnis.
Seperti diketahui, PT Timah belakangan juga menjadi sorotan publik seusai Kejaksaan Agung (Kejagung) mengusut perkara dugaan korupsi tata niaga timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk tahun 2015 hingga 2022.
Dugaan kerugian negara akibat korupsi tambang termasuk dampak lingkungan yang ditimbulkan ditaksir mencapai Rp 271 triliun. Perkembangan terbaru, Penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung menetapkan 21 orang tersangka tambahan dalam perkara tersebut.