Jurus BUMN Pulihkan Kinerja Indofarma dan Kimia Farma

ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/pras.
Ilustrasi. Biofarma, induk dari holding farmasi BUMN.
19/6/2024, 20.08 WIB

Perusahaan-perusahaan BUMN di sektor farmasi, seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF), saat ini berada dalam kondisi kurang baik. Laporan keuangan menunjukkan kedua perusahaan tersebut mengalami kerugian signifikan tahun lalu. 

Demi mempercepat perbaikan finansial dan operasional di Biofarma Grup, Kementerian BUMN selaku pemegang saham telah membentuk tim Taskforce yang dipimpin oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.

Direktur Utama Bio Farma, induk dari BUMN Farmasi Shadiq Akasya menjelaskan bahwa Taskforce ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, fokus pada restrukturisasi keuangan untuk memperbaiki kondisi finansial. Kedua, melakukan reorientasi bisnis guna membenahi dan mengarahkan berbagai lini bisnis secara lebih efektif.

"Pembentukan Taskforce ini sejak Oktober 2023 dan masih berlanjut. Upaya perbaikan tersebut dilakukan terhadap beberapa hal utamanya dari sisi struktur keuangan," kata Shadiq, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (19/6).

Shadiq juga menjelaskan untuk Taskforce pertama, tim tersebut merestrukturisasi dan menata kembali struktur kredit jangka pendek dan panjang. Tim ini juga menata kondisi kredit dari sisi suku bunga (reconditioning) dan menjadwalkan kembali utang jatuh tempo angsuran (rescheduling).

Kemudian untuk Taskforce kedua, tim ini menata dan mengembangkan produk, menata fasilitas produksi, mengintegrasikan rantai pasokan (integrated supply chain), serta menyertakan modal negara (PMN).

Seperti diketahui, sepanjang tahun lalu, Indofarma menelan kerugian Rp 600 miliar, membengkak 41% dari tahun 2022 yang sebesar Rp 428 miliar. Kerugian tersebut karena adanya penyisihan piutang sebesar Rp 46 miliar dan biaya-biaya terkait pajak sebesar Rp 120 miliar.

“Kami jelaskan bahwa kinerja indofarma mengalami tren menurun sejak tahun 2021 hingga 2023, baik secara pendapatan maupun profitabilitas,” kata Shadiq.  

Tak hanya itu, pendapatan INAF pada 2023 sebesar Rp 524 miliar turun sebesar 54,2% dari sebelumnya tercatat Rp 1,14 triliun pada 2022. Ia menyebut pendapatan ini didominasi oleh penjualan produk dalam negeri sebesar Rp 501 miliar. Sementara untuk produk ethical sebesar Rp 311 miliar. Kemudian pendapatan ekspor di 2022 meningkat jadi sebesar Rp 22 miliar.  

Selanjutnya, Kimia Farma mencatatkan kerugian sebesar Rp 1,8 triliun pada tahun 2023. Bahkan BUMN menemukan adanya rekayasa pada laporan kinerja KAEF. Salah satu yang menjadi sorotan ialah penggelembungan jumlah distribusi.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila