Organisasi Masyarakat (Ormas) Keagamaan Muhammadiyah resmi mengalihkan seluruh dananya dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI. Muhammadiyah menunjuk Bank Muamalat dan Bank Jateng Syariah sebagai penampung dana tersebut.
Direktur Eksekutif Segara Research Institut Piter Abdullah Redjalam menyatakan penarikan dana Muhammadiyah akan mempengaruhi likuiditas BSI dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang dampaknya tidak signifikan, atau bahkan tidak ada. Hal ini tergantung pada respons dari manajemen BSI.
“Kalau manajemen bisa merespons dengan tepat, dalam jangka menengah - jangka panjang tidak akan berpengaruh terhadap kinerja BSI,” kata Piter kepada Katadata.co.id, Kamis (20/6).
Selain itu, Piter mengatakan penarikan dana Muhammadiyah juga memengaruhi jumlah nasabah BSI. Namun, ia yakin jumlah nasabah BSI tetap akan tumbuh. Meskipun Muhammadiyah tidak lagi menggunakan BSI untuk pembayaran gaji, ormas keagamaan itu tidak melarang anggotanya menjadi nasabah BSI.
Piter mengatakan dampak negatif penarikan dana Muhammadiyah dari BSI hanya sementara. Piter menyebut dana pihak ketiga (DPK) BSI bakal turun dan financing to deposit ratio (FDR) BSI akan meningkat pasca penarikan dana tersebut.
Di samping itu, harga saham BSI kemungkinan terdampak dan menurun dalam jangka pendek, tetapi tidak akan berdampak signifikan dalam jangka panjang.
Penyaluran Pembiayaan Bakal Terpengaruh
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan bahwa sentimen ini akan menyebabkan penurunan dana pihak ketiga sehingga dapat menghambat laju pembiayaan usaha BSI. Rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (FDR) BSI pada kuartal pertama 2024 sebesar 83,05%.
Dana Muhammadiyah yang ditarik diperkirakan mencapai Rp 13 triliun-15 triliun, yang berarti potensi penurunan dana BSI sekitar 4,4%-5,1%. Pada kuartal pertama 2024, dana pihak ketiga BSI tercatat sebesar Rp297 triliun, meningkat 10,43% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Aksi ini tentu saja akan berpengaruh terutama pada sisi balance sheet perseroan,” kata Mifta kepada Katadata.co.id, Kamis (20/6)
Meski begitu, Kiwoom Sekuritas menyebut aksi ini hanya berdampak kecil karena likuiditas yang dipindahkan hanya sebagian kecil dari total dana pihak ketiga yang dimiliki oleh BSI sampai awal tahun ini.
Secara performa, harga saham BRIS sempat terkontraksi setelah isu ini mencuat ke publik. Namun, kata Mifta, jika dilihat dari perspektif jangka panjang saham BRIS sebenarnya masih berada dalam tren kenaikan atau bullish.