Profil Tanri Abeng, Anak Pulau Selayar, Pendiri Kementerian BUMN

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.
Menteri Kesehatan Budi G Sadikin (kedua kiri) didampingi CEO Bio Farma Induk Holding Honesti Basyir (kanan) Komisaris Utama Bio Farma Tanri Abeng (kedua kanan) berbincang dengan Presiden MSD Asia Pasifik David Peacock seusai penandatanganan kerja sama di Jakarta, Selasa (13/12/2022).
Penulis: Sorta Tobing
23/6/2024, 08.41 WIB

Tanri Abeng meninggal dunia pada pagi tadi, Minggu (23/6), pukul 02:39 WIB di RS Medistra, Jakarta. Komisaris utama PT Bio Farma tersebut pernah menjabat berbagai posisi penting di sektor swasta dan pemerintahan, termasuk menteri badan usaha milik negara (BUMN).

Jabatan menteri ia emban selama lebih satu tahun. Presiden Suharto menunjuknya sebagai menteri BUMN pada 16 Maret 1998. Posisi ini kemudian berlanjut di era Presiden Habibie. 

Pada saat itu Indonesia memasuki era transisi dari Orde Baru ke Reformasi. Tanri mendapat tugas mendirikan Kementerian Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). 

Dalam cetak birunya, melansir detik Finance, ia hanya akan mempertahankan kementerian tersebut selama 2000 hingga 2010. Kementerian negara berubah menjadi badan atau super holding BUMN yang mengelola seluruh perusahaan pelat merah di Indonesia, lepas dari kepentingan politik.

Lima tahun kemudian tidak ada lagi badan tersebut, berganti menjadi holding company. "Seperti usul saya ke Pak Harto," kata pria kelahiran Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, 7 Maret 1942 itu. 

Cetak biru tersebut tidak berhasil diterapkan. Kementerian BUMN tetap berjalan, 26 tahun sejak Era Reformasi. Perubahan hanya terjadi pada struktur pimpinannya, yaitu menteri BUMN.

Profil Tanri Abeng

Pria kelahiran Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, 7 Maret 1942 ini menjadi yatim piatu saat usia 10 tahun. Tempo.co menuliskan, kondisi ini membuat Tanri Abeng harus pindah ke rumah kerabatnya di Makassar. 

Setelah menamatkan sekolah lanjutan atas (SLA) di kota itu, ia mengikuti program pertukaran pelajaran American Field Service (AFS) di Amerika Serikat. Setahun di sana, ia kembali ke Makassar melanjutkan pendidikan di Universitas Hassanudin.

Tanri kemudian menempuh pendidikan strata dua di Graduate School of Business Administration, Universitas New York, AS. Ia meraih gelar master of business administration (MBA).  

Sempat berkarier di Union Carbide, AS selama 10 tahun, Tanri akhirnya kembali ke Indonesia dan menjabat sebagai direktur PT Union Carbide Indonesia. Pada 1979, ia bekerja di PT Perusahaan Bir Indonesia, milik produsen bir Belanda, Heineken.

Ia menduduki posisi direktur utama usai melakukan wawancara selama 15 menit. Tanri mengubah nama perusahaan menjadi PT Multi Bintang Indonesia. 

Pada 1991, ia menjabat direktur utama PT Bakrie & Brothers Tbk, milik politikus Golkar, Aburizal Bakrie. Di sini, Tanri melakukan perubahan besar hingga kinerja perusahaan membaik.

Penjualan Bakrie & Brothers langsung melonjak. Ketika Tanri bergabung angkanya hanya US$ 50 juta dan menjadi US$ 700 juta pada 1996. Ia kemudian mendapat julukan Manajer Rp 1 Miliar karena mendapat gaji fantastis dari Bakrie & Brothers. 

Saat bekerja pada perusahaan tersebut, ia juga merangkap jabatan menjadi direktur Bata Indonesia, Mitratel Indonesia, dan lainnya. Tanri juga duduk di kursi Majelis Perwakilan Rakyat pada 1991, mewakili Golkar. 

Usai berkarier di swasta, kakek empat cucu itu menjabat menteri BUMN selama lebih setahun. Setelah itu, ia memegang posisi komisaris utama di perusahaan pelat merah, seperti Pertamina dan Telkom. Terakhir, ia menjadi komisaris utama untuk Bio Farma. 

Tanri mendirikan Universitas Tanri Abeng yang berlokasi di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada 2011. Melansir Kompas.com, modal awal membangun kampus ini mencapai Rp 100 miliar. 

Dananya ia peroleh dari hasil penjualan Hotel Aryaduta. Hotel ini merupakan hasil kemitraannya dengan James Riady, pemilik Lippo Group. Selain itu, 70% biaya pembangunan unviersitas memakai hasil tabungan pribadinya selama 40 tahun. 

"Dari hasil penjualan hotel, awalnya saya ingin membangun hotel lagi tapi hasrat dan keinginan saya ternyata mendirikan universitas," ucap Tanri pada Januari 2014.