PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan entitas anak usahanya membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 37,28 juta pada semester I 2024. Nilai itu setara Rp 608,41 miliar (kurs: Rp 16.313 per dolar AS).
Berdasakan laporan keuangan perusahaan, perolehan laba tersebut anjlok 82,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 207,80 juta atau setara Rp 3,38 triliun pada tahun 2023.
Tak hanya laba, pendapatan pendapatan Vale Indonesia juga turun menjadi US$ 478,75 juta atau setara Rp 7,8 triliun. Pendapatan perusahaan anjlok 27,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 658,96 miliar.
Manajemen Vale Indonesia menjelaskan, bahwa volume produksi turun 9% dibandingkan dengan kinerja positif pada kuartal I 2024. Secara tahunan (yoy), produksi perusahaan juga turun 2% pada kuartal II 2024.
Selain itu, manajemen juga menyampaikan produksi Vale Indonesia semester I 2024 lebih tinggi 3% dibandingkan dengan tahun yang sebelumnya.
“Pertumbuhan ini merupakan hasil dari strategi pemeliharaan yang terencana dan output kalsin yang lebih tinggi pada 2024,” kata manajemen dalam keterangan resmi, Senin (29/7).
Pada semester I 2024 ini, penjualan perusahaan mencapai 17.505 metrik ton (t) nikel matte dan menghasilkan pendapatan US$ 248,8 juta. Perolehan ini naik 8% dibandingkan triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh harga realisasi rata-rata nikel yang lebih tinggi pada Juni 2024.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menyampaikan, harga realisasi rata-rata nikel meningkat 12% menjadi US$ 14.214 per ton, naik dari US$ 12.651 per ton pada kuartal I 2024.
“Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” kata Febriany.
Biaya Produksi Turun
Sejalan dengan penurunan pengiriman pada kuartal tersebut, biaya produksi Perseroan turun dari AS$ 209,8 juta pada kuartal pertama 2024 menjadi US$ 207,3 juta pada kuartal kedua 2024. Penurunan ini didorong oleh penurunan konsumsi bahan bakar dan batu bara pada kuartal kedua 2024, serta penurunan harga batu bara.
Harga rata-rata HSFO (High Sulphur Fuel Oil) pada kuartal ini lebih tinggi 2% dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun, kenaikan ini diimbangi oleh penurunan harga rata-rata diesel dan batu bara, yang masing-masing turun sebesar 2% dan 1% pada kuartal kedua 2024.
Meskipun menghadapi tantangan industri, perseroan berhasil mencatatkan EBITDA sebesar US$ 72,4 juta, meningkat 38% dibandingkan kuartal sebelumnya karena pendapatan yang lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih rendah.
Diikuti kas dan setara kas perseroan meningkat menjadi US$8 32,1 juta pada 30 Juni 2024, naik dari US$ 730,8 juta pada 31 Maret 2024. Vale Indonesia mengeluarkan belanja modal sekitar US$ 61,0 juta pada kuartal ini, naik dari US$ 57,4 juta pada kuartal pertama 2024.
"Kami akan terus menerapkan manajemen kas yang hati-hati untuk menjaga ketersediaan kas," kata dia.
Strategi Tingkatkan Kinerja di 2024
Memasuki semester kedua tahun ini, manajemen Vale Indonesia menyatakan akan terus proaktif dalam mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif. Hal ini dilakukan dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan.
Dengan perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, perusahaan melihat banyak peluang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif, seperti integrasi pengadaan dalam grup untuk mendapatkan harga komoditas yang lebih baik, yang merupakan salah satu penggerak biaya terbesar.
Dengan demikian, Vale Indonesia optimistis dengan prospek produksinya dan berharap kegiatan operasional berjalan lancar hingga akhir tahun. Hal ini bertujuan untuk mencapai target produksi 70.800 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2024, atau meningkat dari target tahun sebelumnya.