Produsen Makanan Olahan Charoen Pokphand Masuk Daftar 1.000 Perusahaan Terbaik
Perusahaan yang bergerak di bidang peternakan unggas dan makanan olahan, PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), menjadi salah satu perusahaan terbaik dunia yang berasal dari Indonesia. Laporan "1,000 of the World's Best Companies by Statista and TIME" menempatkan Charoen di peringkat ke-961 dunia pada 2024.
Berdasarkan laporan yang dirilis Majalah TIME, ada lima perusahaan asal Indonesia yang masuk ke dalam daftar bergengsi tersebut. Selain Charoen, empat perusahaan lainnya adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Proyek penelitian “Perusahaan Terbaik Dunia 2024” dari Majalah TIME dan Statista ini adalah analisis komprehensif yang dilakukan untuk mengidentifikasi perusahaan-perusahaan berkinerja terbaik di seluruh dunia. Penelitian ini didasarkan pada tiga dimensi utama: kepuasan karyawan, pertumbuhan pendapatan, dan transparansi keberlanjutan (ESG). Majalah TIME dan Statista melaksanakan survei di lebih dari 50 negara dengan data yang dikumpulkan dari sekitar 170.000 peserta.
Secara keseluruhan, Charoen Pokphand meraih skor 75,58 dan berada di peringkat ke-961 dunia. Charoen berada di belakang Astra International, BNI, Adaro, dan Bank Mandiri yang meraih skor lebih tinggi.
Charoen Pokphand Indonesia merupakan entitas dari Charoen Pokphan Group, konglomerasi asal Thailand yang didirikan oleh keluarga Chearavanont. CPIN menjadi satu-satunya perusahaan dari sektor makanan dan minuman asal Indonesia yang masuk ke dalam daftar bergengsi yang dirilis Majalan TIME dan Statista ini.
Peringkat Lebih Tinggi untuk ESG
Untuk dimensi transparansi keberlanjutan (ESG), Charoen mendapatkan peringkat yang lebih tinggi, yakni di posisi ke-814 dunia. Sementara untuk dimensi kepuasan karyawan, Charoen berada di peringkat ke-994 dunia. Dari dimensi pendapatan, Charoen masuk dalam kategori perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan moderat.
Agar bisa masuk ke dalam daftar ini, perusahaan harus memiliki pendapatan minimal US$100 juta (Rp 1,54 triliun) pada tahun fiskal terakhir yang tersedia. Selain itu, perusahaan harus menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang positif dari tahun 2021 hingga 2023.
Berdasarkan laporan keuangan CPIN yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan membukukan penjualan bersih Rp 32,96 triliun pada semester I 2024. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan 6,98% secara tahunan (year-on-year) dibandingkan dengan Rp 30,89 triliun pada semester I 2023.
Perusahaan mencatat laba komprehensif yang diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp 1,78 triliun pada periode yang berakhir 30 Juni 2024. Laba perusahaan itu menunjukkan pertumbuhan 28,06% secara tahunan.