Bos BNI Soroti Risiko Geopolitik dan Tantangan Global dalam Pemulihan Ekonomi

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyatakan bahwa risiko geopolitik tetap tinggi akibat konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan di Timur Tengah, yang berdampak pada perekonomian global, termasuk RI.
8/10/2024, 10.20 WIB

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Royke Tumilaar, mengungkap bahwa risiko geopolitik masih berada pada level tinggi, terutama dengan adanya konflik antara Rusia dan Ukraina, serta ketegangan di Timur Tengah. Situasi ini berdampak signifikan pada dinamika perekonomian global, termasuk Indonesia.

"Meski pandemi Covid-19 dan era suku bunga tinggi telah berakhir, namun perekonomian global masih terus dihadapi dengan situasi ketidakpastian," kata Royke dalam BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Selasa (8/10).

Royke menjelaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia menunjukkan tren yang lebih lambat dibandingkan periode sebelum pandemi. Ketidakpastian ini diperparah dengan tantangan global yang terus berkembang, seperti digitalisasi, perubahan iklim, dan upaya mewujudkan ekonomi yang lebih inklusif serta berkelanjutan.

Namun, di tengah ketidakpastian tersebut, Royke menegaskan bahwa Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kokoh, diperkuat dengan stabilitas politik yang solid. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang tertinggi kedua di antara negara-negara G20, hanya di bawah India, pada 2024.

Royke juga menyoroti keberhasilan pemerintah dalam menjaga disiplin fiskal. Hal ini tercermin dari rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang berada di angka 39,4%, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata negara berkembang lainnya, menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang.

"Tapi masih ada tantangan struktural di jangka menengah yang perlu kita hadapi," tutur Royke.

Royke juga mengungkap sejumlah tantangan struktural yang harus dihadapi Indonesia ke depan. Di antaranya, pentingnya meningkatkan penciptaan nilai tambah di sektor ekonomi, memperkuat kerja kolektif, dan mendorong reformasi pendidikan.

Ia juga menekankan perlunya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai kunci daya saing, mengoptimalkan sektor industri manufaktur, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Semua ini, menurutnya, merupakan langkah penting untuk menghadapi dinamika ekonomi global dan memastikan Indonesia tetap berada di jalur pertumbuhan yang stabil.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail