BANGKOK - PT Bank Maspion Tbk (BMAS) menargetkan masuk dalam Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) 3 pada 2027. Artinya, bank yang mayoritas sahamnya dipegang bank asal Thailand, Kasikornbank (KBank), tersebut akan memiliki modal inti minimal Rp14 triliun dalam tiga tahun ke depan.
Jika tercapai, modal inti tersebut tumbuh dua kali lipat dari Rp6,8 triliun pada kuartal II-2024. “Bank Maspion akan berada di antara 20 bank terbesar di Indonesia,” kata Kasemsri Charoensiddhi, Direktur Utama Bank Maspion, di Bangkok, pada Kamis (17/10).
KBMI merupakan status bank berdasarkan kapasitas modal inti yang dimilikinya. Ada empat kelompok bank di Indonesia, yakni KBMI 1 untuk bank dengan modal inti sampai dengan Rp6 triliun; KBMI 2 memiliki modal inti antara Rp6 triliun-Rp14 triliun; lalu KBMI 3 sebesar Rp14 triliun-Rp70 triliun; dan KBMI 4 adalah bank dengan modal inti lebih dari Rp70 triliun
Menurut Kasemsri, kapasitas modal Bank Maspion mengalami peningkatan signifikan sejak KBank berinvestasi pada 2017. Ketika itu, modal inti bank yang bermarkas di Surabaya tersebut hanya sebesar Rp1,1 triliun.
“Selama satu dekade terakhir, investasi KBank telah meningkatkan status modal Bank Maspion dari KBMI 1 menjadi KBMI 2,” kata Kasemsri.
Pada 2017, KBank menjadi mitra strategis Bank Maspion dengan kepemilikan saham sebesar 9,99%. Saat ini, KBank telah menjadi pemegang saham mayoritas Bank Maspion dengan kepemilikan sebesar 84,55%.
Lebih lanjut Kasemsri mengatakan, pada 2025-2027, Bank Maspion juga menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit yang agresif yakni sebesar 2,2 kali dari saat ini Rp15,5 triliun. Peningkatan kredit ini akan menyasar perusahaan nasional.
Fokus di Tiga Segmen Kredit
Saat ini, Bank Maspion memiliki tiga segmen kredit, yakni usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), korporasi, dan retail. “Porsi penyaluran kredit terbesar masih di UMKM dan korporasi, masing-masing sebesar 40%. Sedangkan sisanya kredit retail,” kata dia.
Chat Luangarpa, Presiden Komisaris Bank Maspion, mengatakan salah satu alasan menyasar UMKM adalah pasarnya yang masih besar. Memang, pangsa pasar kredit UMKM di Indonesia hanya 20%. Namun, permintaan kredit UMKM masih belum terlayani akibat aksesnya yang masih terbatas. Apalagi di Indonesia jumlah UMKM terus tumbuh sekitar 2% setiap tahun.
“KBank punya pengalaman dalam pembiayaan UMKM di Thailand yang akan mendukung perluasan pembiayaan UMKM Indonesia,” kata dia.