PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencatatkan outstanding tabungan haji mengalami pertumbuhan sebesar 16,47% dengan jumlah rekening saat ini mencapai sekitar 5,4 juta rekening hingga September 2024. Direktur Utama Hery Gunardi menyebut peningkatan ini memperkuat posisi BSI sebagai pemimpin pasar tabungan haji di Indonesia, dengan pangsa pasar mencapai 81%.
"Kami juga ingin meningkatkan perolehan dari tabungan haji karena sifatnya jangka panjang dan dengan masa tunggu sampai dengan 30 tahun," kata Hery dalam paparan publik Laporan Kinerja Kuartal III, Selasa (29/10).
Alasan BSI menggenjot pertumbuhan tabungan haji yaitu untuk mengoptimalisasi kinerja hingga hingga akhir tahun 2024. Serta menjaga konsistensi pertumbuhan yang positif terhadap Bank Syariah Indonesia ke depannya.
"Untuk menjaga komposisi dana murah tetap idealnya kami melanjutkan penetrasi ketabungan," tuturnya.
Dari sisi pembiayaan, BSI juga sedang menumbuhkan segmen pembiayaan berbasis emas yang melakukan intensifikasi pada existing customer untuk meningkatkan product holding ratio.
Hery membeberkan pada posisi September 2024 rasio kepemilikan produk atau product holding ratio-nya BSI baru mencapai sekitar 2,86 kali. Artinya setiap nasabah itu hanya memiliki 2,86 produk secara rata-rata di BSI, jadi ada sekitar 1,24 juta nasabah payroll.
BRIS Catatkan Laba Rp 5,6 Triliun per Kuartal III 2024
Bank Syariah Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,6 triliun hingga kuartal III-2024. Laba BRIS menguat 21,59% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 4,2 triliun. Melansir laporan kinerja keuangan Bank Syariah Indonesia, pendapatan BSI juga mengalami peningkatan 4,6% menjadi Rp 14,46 triliun.
Jika dibandingkan pada periode kuartal tiga 2023, pendapatan BSI saat itu senilai Ro 12,87 triliun. Total penyaluran pembiayaan BSI sampai periode kuartal tiga 2024 mencapai Rp 266,5 triliun.
Angka tersebut naik 11,2% dari periode yang sama tahun lalu Rp 239,7 triliun. Namun BSI mampu mencatatkan rasio non performing financing (NPF) atau rasio pembiayaan bermasalah 1,97%. Artinya, NPF yang dicatatkan Bank Syariah Indonesia lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2,21%.
Selain mampu menekan NPF menjadi lebih rendah, beban pencadangan juga mengalami penurunan menjadi 25,4% per kuatal tiga 2024 yaitu Rp 1,6 triliun. Hal ini berdampak positif terhadap beban operasional bank syariah pelat merah itu yang turun 8,2% per kuartal tiga menjadi Rp 6,6 triliun dari sebelumnya Rp 7,2 triliun.