Mendunia Lewat Pemberdayaan Kopi Sejahtera Astra

Katadata/Nur Hana Putri Nabila
Produk kopi robusta milik Muncar Moncer Cofee dari Desa Muncar, Kabupaten Temanggung, yang merupakan salah satu desa binaan PT Astra International Tbk (ASII).
10/11/2024, 08.36 WIB

Ada sebuah desa wisata di Kabupaten Temanggung, tepatnya di Kecamatan Gemawang, yang dikenal dengan Desa Muncar. Desa tersebut merupakan salah satu desa binaan PT Astra International Tbk (ASII) melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA), yang kreativitasnya diakui pasar dunia melalui pengembangan komoditas kopi robusta.

Muncar Moncer Coffe, kopi robusta asal Desa Muncar, berhasil menjamah sejumlah negara Eropa seperti Belanda dan Jerman. Muncar Moncer Coffee juga diekspor ke Turki. Popularitas kopi asal Desa Muncar bukan tanpa sebab, mengingat merek Muncar Moncer Coffee telah akui Coffee Cupping International pada 2021.

Keberhasilan Muncar Moncer Coffee sejalan dengan nilai filosofi dibalik penamaannya. Melansir laman resmi muncarmoncer, muncar berarti cahaya, pesona, dan kedigdayaan. Sementara itu, moncer diartikan sebagai kejayaan, kesejahteraan, dan kemakmuran.

Pada 2018 lalu, Desa Muncar mulai mengembangkan potensinya sebagai kawasan pariwisata pedesaan dengan tagline "Place of Serenity" yang menghadirkan suasana nyaman, baik dari keindahan alam maupun dari kearifan lokal budayanya. Keterlibatan Astra melalui program DSA juga mampu menyulap Desa Muncar sebagai salah satu dari empat desa di Kabupaten Temanggung yang terpilih sebagai pusat utama atau etalase dalam Sistem Mandala.

Salah seorang Penggerak Program DSA Kabupaten Temanggung, Achmad Sofiyudin, mengatakan desa etalase ini menjadi pusat utama produksi dan pengelolaan. Sedangkan desa lainnya, berperan sebagai desa mitra yang mendukung kebutuhan produksi, baik dalam penyediaan bahan baku kopi maupun hasil produksi lainnya. Dalam hal ini, ia juga menekankan setiap desa mitra memiliki keunikan dan fokus sesuai potensi lokalnya.

Sebut saja Desa Jambu di Kecamatan Kledung, yang fokus pada produksi komoditas kopi arabika. Desa-desa lainnya berfokus pada peternakan atau menyediakan homestay untuk wisatawan. Sofiyudin mengatakan pengembangan desa mitra ini tidak terlepas dari dukungan Astra dalam bentuk konsep, intervensi, dan promosi, dengan anggaran terbatas tetapi efektif.

Barista Kopi Muncar Moncer dari Desa Muncar, salah satu desa binaan PT Astra International Tbk. (Katadata/Nur Hana Putri Nabila)

Intervensi Astra Kembangkan Kopi Lokal

Sejalan dengan menjamurnya coffee shop di berbagai kota, Astra, melalui program DSA berhasil menyentuh minat generasi muda untuk kembali mengembangkan usaha kopi lokal di Desa Muncar. Sofiyudin mengakui banyak generasi muda di Desa Muncar menjadi barista berkualitas di Jakarta. Hal ini tidak hanya meningkatkan nilai individu, melainkan juga Desa Muncar sebagai daerah penghasil kopi.

"Misalkan di Jakarta, kami bisa menjadi barista yang biasanya kelasnya kita hanya di pasar malam, akhirnya terbawa ke Jakarta untuk menaikkan brand value," ucap Sofiyudin kepada Katadata.co.id di Menara Astra, Jakarta, Rabu (18/9).

Saat ini, produk kopi Desa Muncar pun mulai diakui kota-kota besar di seluruh Indonesia, bahkan dunia internasional. Sofiyudin menyebut hal itu tak terlepas dari upaya para barista dan petani kopi dalam mempertahankan sentuhan khas cita rasa Desa Muncar.

"Menjadi petani kopi yang keren, barista yang keren, atau bahkan farmpreneur yang keren, itu semua bisa kami capai dengan menjaga identitas desa dan orisinalitas produk," ujarnya.

Melalui pendekatan ini, para pemuda Desa Muncar pun didorong untuk menjadi 'CEO' di desa sendiri hingga mampu membangun bisnis dari akar lokal dengan visi mendunia. Dengan modal awal yang minim, Desa Muncar berhasil mendapatkan suntikan dana signifikan dari Astra, sehingga produknya berkembang pesat.

Semua pihak terkait, termasuk CV Tim Mucar-Mucar, Muliomi Gunani, serta anggaran dari pemerintah desa dan pemerintah kabupaten turut berkontribusi secara imbang dalam pembiayaan proyek tersebut. Besaran dana yang diberikan pun terdistribusi secara merata. Sofiyudin sendiri menyebut pemberdayaan ini menggunakan istilah 'sharing budgeting'.

Di samping itu, Sofiyudin mengatakan Astra telah memberdayakan banyak komunitas di Desa Muncar. Terdapat berbagai tim yang terbentuk; dari tim kreatif, wisata, pengelola kopi robusta, roastery, management guiding, hingga kelompok usaha mikro lainnya.

Hingga saat ini, tercatat sekitar 40 orang dari komunitas utama yang terlibat langsung dalam program pengembangan Desa Muncar. Selain itu, terdapat juga anggota yang bekerja paruh waktu dan membantu pada waktu tertentu, terutama ketika ada pesanan atau kegiatan penjualan melonjak.

Sofiyudin mengatakan program DSA tidak sekadar berfokus pada produksi, melainkan pada pengembangan sumber daya manusia lokal. Khususnya anak muda dan para lulusan desa. Mereka dibina untuk mengelola kemasan dan merek produk agar lebih menarik.

Kopi Muncar, misalnya, diolah dan dikemas dengan tampilan yang berbeda, terinspirasi dari konsep "Gijang Kota, Astra” yang memberikan kesan modern pada kopi tradisional asal Temanggung itu. Meski tidak menyebut spesifik besaran omset dari produksi kopi Muncar, Sofiyudin mengaku Muncar Moncer Coffee mampu menanggung kebutuhan dasar, sekunder, bahkan tersier. Selain itu, mereka juga dapat memberikan bagi hasil kepada generasi muda.

“Intinya dari kita untuk kita. Itu yang saya terapkan dari awal, sirkuler ekonomi itu untuk bertahan hidup di desa,” ucapnya.

Tidak sebatas meningkatkan produksi hasil bumi, program DSA juga mendorong peningkatan kualitas barista kopi di Desa Muncer secara berkelanjutan. Sofiyudin menyebut, Astra juga rutin menggelar Muncar Fun Brewing V60 Competition, sebuah kompetisi barista di segala tingkatan untuk menguji kepiawaiannya dalam menyajikan kopi.

Adapun kompetisi tersebut tidak sebatas menguji para barista, tetapi juga bertujuan mengidentifikasi sumber daya manusia di Desa Muncar. Di samping itu, Muncar Fun Brewing V60 Competition juga bertujuan untuk membangun sekaligus mengenalkan merek kopi lokal pada masyarakat luas. Melalui ajang ini, Sofiyudin berharap kepiawaiannya barista bisa memperkenalkan kopi lokal pada jangkauan pasar yang lebih luas.

Mimpi Besar Astra dari Program DSA

Melalui program DSA, Astra menghimpun mimpi besar pemberdayaan desa melalui pengembangan ekonomi lokal dengan menciptakan ekosistem usaha yang mandiri. Berkaca dari keberhasilan membina beberapa desa di Temanggung, Sofiyudin terus berupaya memperkuat merek sekaligus juga menciptakan produk baru yang potensial dengan muatan lokal sebagaimana yang digerakkan pada Desa Jragan, Kecamatan Tembarak.

Dengan mengusung ikon budaya lokal, Desa Jragan menciptakan merek Singobarong untuk komoditas produk yang dibuatnya. Dengan memperbanyak merek berbasis muatan lokal di tiap desa, Sofiyudin meyakini, produk asal Temanggung dapat diterima pasar, khususnya komoditas kopi.

Sofiyudin bermimpi dapat memperkenalkan Kopi Muncar ke pasar yang lebih luas di masa depan. Karenanya, Kabupaten Temanggung didorong untuk mempererat kolaborasi antara desa produsen dengan pusat-pusat bisnis. Dalam strategi jangka pendek yang tengah diupayakan, Muncar Moncer Coffee berupaya memasarkan produknya ke sektor retail hingga toko-toko kelontong.

Dalam hal ini, Sofiyudin tak menampik keterlibatan Astra dalam mengembalikan kemandirian usaha. Terhitung sejak 2021 hingga saat ini, Astra melalui program DSA, banyak mendukung dan memberikan beragam fasilitas, layanan promosi, hingga advokasi untuk produk lokal desa-desa di Kabupaten Temanggung. Di Desa Muncar, Astra menyediakan fasilitas berupa dua mesin roasting untuk kebutuhan usaha dan sekolah kopi bagi pemula.

Tidak hanya di sektor perkebunan, Astra turut berperan membangun sektor pariwisata melalui pembangunan jembatan di areal persawahan yang dikenal dengan Sunset Picnic at Jembatan Sawah. Tempat ini juga menjadi ruang kreatif yang tetap menghormati alam tanpa mengubah fungsinya.

Ia mengklaim melalui dukungan fasilitas, promosi, dan advokasi, Astra telah membantu Desa Muncar untuk terus berkembang dalam kompetisi dan menjaga kesejahteraan produsen lokal.

"Biasanya kami aktif di acara-acara lokal, seperti pasar malam dan event regional. Kalau ada perusahaan internasional yang hadir, kami belajar bagaimana agar para pelaku lokal dapat bersaing dengan standar global yang tinggi. Kami banyak belajar tentang ini dari Astra," katanya.

Astra International (Fauza Syahputra|Katadata)

Astra Mendongkrak Produk Lokal

Astra telah menjalankan program DSA sejak 2018 untuk memperkuat ekonomi daerah melalui pengembangan komoditas lokal. Hingga 2023, Astra telah membina 1.196 desa di 35 provinsi Indonesia, termasuk Kabupaten Temanggung yang memanfaatkan komoditas kopi dan ekowisata sebagai produk unggulannya.

Boy Kelana Soebroto, Head of Corporate Communications Astra Indonesia, mengatakan pemilihan Kabupaten Temanggung didasarkan pada keselarasan dengan tujuan DSA untuk mengembangkan produk desa dalam tiga klaster:

(1) Pertanian dan olahannya,

(2) Kelautan dan perikanan, serta

(3) Wisata, kriya, dan budaya.

Ia mengatakan program DSA secara khusus berfokus pada kewirausahaan di desa, disesuaikan dengan potensi produk unggulan setiap desa dalam tiga klaster utama tersebut. Demi mengukur dampaknya, Astra menerapkan metode Social Return of Investment (SROI), yang membantu mengevaluasi efektivitas program dalam menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan pemangku kepentingan.

“Metode itu membandingkan investasi yang dikeluarkan dengan manfaat sosial yang dihasilkan,” kata Boy kepada Katadata.co.id, Jumat (27/9).

Keberhasilan dari pemberdayaan desa yang dilakukan Astra bukan tanpa tantangan, Boy menyebut Astra kerap kali menghadapi tantangan geografis, sosial, keterbatasan teknologi, hingga minimnya tenaga keahlian dari tokoh setempat. Kendati begitu, Astra menjawab tantangan tersebut dengan bantuan berbagai pemangku kepentingan untuk mempercepat pemberdayaan desa secara berkelanjutan.

Astra juga berencana untuk memperluas jangkauan program pemberdayaan desa ke lebih banyak wilayah di Indonesia melalui komunitas Kampung Berseri Astra yang diisi oleh para tokoh penggerak program DSA dan penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards. Melalui komunitas tersebut, daya jangkau dan iklim diskusi antar desa di tiap kabupaten-kota dapat terjalin secara berkelanjutan.

“Sehingga, terdapat program berjalan yang terus dilakukan secara berkelanjutan untuk menjamin dan juga menyebarkan inspirasi lebih luas,” kata Boy.