Usai Jual Dua PLTU, TBS Energi Utama (TOBA) Lirik Bisnis Pengolahan Sampah

Djati Waluyo/Katadata
Direktur Utama TBS Energi Utama (TOBA), Juli Oktarina (tengah), dan VP Corporate Strategy & Investor Relations PT TBS Energi Utama, Nafi Achmad Sentausa (kanan) saat konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham soal divestasi dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Jakarta, Kamis (14/11).
14/11/2024, 16.50 WIB

PT TBS Energi Utama (TOBA) akan fokus pada bisnis berkelanjutan setelah memutuskan menjual dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Salah satu sektor yang menjadi fokus perusahaan tersebut adalah pengelolaan sampah plastik.

SVP Corporate Strategy & Investor Relations PT TBS Energi Utama, Nafi Achmad Sentausa, mengatakan perusahaan yang sebelumnya bergelut di sektor batu bara tersebut telah mengakuisisi dua perusahaan daur ulang pada 2023, salah satunya berbasis di Singapura.

"Saya pikir daur ulang itu sesuatu yang dari segi bisnis peluangnya juga sangat besar," ujar Nafi dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (14/11).

Nafi mengatakan permasalahan sampah plastik terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Dengan begitu, pasar daur ulang plastik memiliki pangsa yang cukup besar dan luas.

Direktur PT TBS Energi Utama, Juli Oktarina, mengatakan perusahaan tidak menutup kemungkinan mengakuisisi perusahaan pengolahan limbah plastik di Indonesia yang memiliki visi serupa dengan TBS.

"Apabila ada perusahaan yang memiliki visi yang sama dan bisnisnya baik, kita enggak menutup kemungkinan (akuisisi)," ujar Juli.

Jual Dua PLTU

Rapat Umum Pemegang Saham merestui PT TBS Energi Utama (TOBA) untuk divestasi dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Sulawesi dan Gorontalo dengan kapasitas 200 megawatt (MW). Penjualan PLTU tersebut dapat mengurangi 80 persen emisi yang dihasilkan perusahaan.

Juli mengatakan pelepasan saham tersebut dilakukan secara langsung dan tidak langsung di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) kepada PT Kalibiru Sulawesi Abadi.

"RUPS-nya berjalan lancar, Alhamdulillah juga sudah disetujui oleh pemegang saham independen. Jadi tidak ada hambatan, kami akan segera laksanakan,"ujar Juli dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (14/11).

Juli mengatakan, divestasi tersebut akan mengurangi karbon yang dihasilkan oleh TBS secara signifikan yaitu sebesar 20% dari total komposisi karbon yang dikeluarkan saat ini, atau berkurang 1,3 juta ton CO2. Adapun sisa dari emisi karbon yang dimiliki perusahaan setelah menjual aset tersebut berasal dari tambang batu bara yang akan segera habis beroperasi pada 2027.

"Ada tiga tambang kami yang walaupun nanti akan semuanya akan fully mine out (habis) di tahun 2027. Jadi ya memang nanti semakin kecil juga emisi yang akan kami hasilkan," ucapnya.

Dana Penjualan Digunakan untuk Pembangkit EBT Perusahaan akan mendapatkan dana setidaknya sebesar US$ 144,8 juta atau Rp 2,2 triliun dari penjualan dua PLTU batubara tersebut. Setiap PLTU, memiliki dua unit dengan kapasitas masing-masing 50 MW.

Selain bisnis pengelolaan sampah, dana tersebut akan digunakan bisnis pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik.



Reporter: Djati Waluyo