WPRF 2024: RI Bisa Ciptakan 13 Juta Pekerjaan Hijau

Nur Hana Putri Nabila/Katadata
Pendiri SRE dan Youth-Led Climate Initiative Indonesia, Zagy Berian,
22/11/2024, 14.38 WIB

Society of Renewable Energy (SRE) memperkirakan Indonesia dapat menciptakan delapan hingga 13 juta pekerjaan hijau untuk mendukung pencapaian bonus demografi. 

Pendiri SRE dan Youth-Led Climate Initiative Indonesia, Zagy Berian, menyatakan bahwa brdaarkan perhitungannya, untuk menyambut hal tersebut diperlukan dukungan dari 12 juta orang yang peduli terhadap isu keberlanjutan. Tanpa hal tersebut, ia mengklaim peluang menciptakan pekerjaan ramah lingkungan di masa depan akan sulit terealisasi.

“Kita membutuhkan strategi public relations atau hubungan masyarakat (humas) demi menyambut Indonesia ramah lingkungan, terutama melibatkan generasi muda,” kata Zagy dalam World Public Relations Forum (WPRF) 2024, bertajuk “Engaging Youth in Sustainability Initiatives,” di Nusa Dua, Bali, Jumat (22/11). 

Selain itu Zagy betapa pentingnya peran hubungan masyarakat (PR) dalam membangun kepercayaan dan meyakinkan publik akan pentingnya keberlanjutan. Saat ini, banyak investasi yang berfokus pada strategi keberlanjutan dan komunikasi yang efektif telah membantu menciptakan kepercayaan publik terhadap isu tersebut. Namun, ia menegaskan perjalanan tersebut tidak akan mudah. 

Kemudian ia juga menyebut bahwa meskipun komunikasi keberlanjutan yang inklusif dan kuat sangat penting, tantangan besar tetap ada dalam mewujudkan strategi tersebut. Ia mengungkapkan tantangan Indonesia sebagai negara kepulauan perlu melakukan pendekatan untuk menjangkau berbagai lokasi dengan lebih mudah.

Misalnya, dalam hal keberlanjutan, terutama dalam transisi energi sampah, mereka membutuhkan infrastruktur energi yang dapat mendukung kegiatan ekonomi, terutama di daerah pedesaan. 

Zagy berharap bahwa hubungan masyarakat (humas) dapat menjadi solusi utama bagi generasi muda untuk berkontribusi dan mencari solusi atas masalah keberlanjutan. Beberapa inisiatif yang dijalankan meliputi konferensi tahunan, menyediakan platform talenta kerja yang inklusif, menangani pemberdayaan gender, memberikan pendidikan inklusif di tingkat sekolah dasar, serta mengedukasi melalui podcast.

“Satu hal penting yang ingin kami tekankan adalah butuh strategi green PR dan memungkinkan kolaborasi yang luas,” tambahnya. 

Ia menceritakan bahwa pihaknya telah merancang jalur pembelajaran untuk memberdayakan generasi muda agar siap bersaing di dunia kerja dalam tiga tahap progresif. Tahap pertama adalah penjelajahan, di mana generasi muda mulai memperdalam pengetahuan mereka. 

Tahap kedua adalah navigasi perjalanan, peserta mulai menetapkan tujuan dan target yang jelas, dengan fokus pada perencanaan strategis. Tahap terakhir adalah menjadi juara, di mana peserta mengasah keterampilan kepemimpinan dan membangun tim, memastikan perjalanan pengembangan yang menyeluruh dari kesadaran diri hingga kepemimpinan.

Kemudian Zagy menunjukkan proyek nyata di Indonesia. Dengan lebih dari 70.000 pulau, mereka fokus pada penyediaan akses listrik, mengingat masih ada sekitar 140 desa yang belum teraliri listrik. Pencapaian ini memerlukan desentralisasi, dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti mikrohidro, biogas, dan panel surya. 

Ia mengataka hal itu dimulai dengan pemetaan sosial untuk memahami kebutuhan dan solusi di setiap lokasi, melibatkan masyarakat setempat dalam tahap konstruksi, serta berkolaborasi untuk pemantauan dan sertifikasi operasional. Demi mendukung ini, mereka menggunakan blended finance, yang menggabungkan dana CSR, donor, dan crowdfunding. Dalam tiga tahun, mereka telah menginstal lebih dari 100 lokasi energi terbarukan. 

Selama proses ini, ia mengatakan telah menerapkan strategi green PR dengan berpikir kreatif dan menyelesaikan masalah sektor energi melalui advokasi tematik. Zagy menekankan bahwa generasi muda menunjukkan komitmen serius terhadap keberlanjutan dan mereka telah menjalankan komitmen tersebut. 

“Kami berharap dari acara yang luar biasa ini, para profesional PR muda yang hadiri, kita dapat memanfaatkan gerakan keberlanjutan sebagai alat untuk menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat dan juga gerakan kita,” pungkasnya. 



 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila