Rupiah Menguat Imbas Penurunan Tingkat Kematian Global akibat Corona

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi. Rupiah menguat pagi ini didorong oleh data tingkat kematian global akibat pandemi corona yang menurun.
6/4/2020, 08.57 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,03% ke level Rp 16.445 per dolar AS. Rupiah menguat terdorong data penurunan tingkat kematian akibat pandemi corona.

Mengutip Bloomberg,  rupiah terus bergerak menguat ke posisi Rp 16.430 per dolar AS hingga pukul 08. 50 WIB. Rupiah juga menguat bersama beberapa mata uang Asia.  Dolar Taiwan naik 0,02%, peso Filipina 0,01%, rupee India 0,14%, dan baht Thailand 0,25%.

Sementara itu, beberapa mata uang Asia lainnya justru melemah. Yen Jepang turun 0,35%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,05%, yuan Tiongkok 0,08%, dan ringgit Malaysia 0,26%.

(Baca: Masih Dibayangi Corona, IHSG Diramal Naik & Saham Blue Chip Disarankan)

Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjenra menuturkan, sentimen positif kelihatannya membayangi pergerakan aset berisiko pagi ini. "Kali ini sentimen positif didorong karena data tingkat kematian akibat pandemi corona menurun di beberapa negara pusat pandemi seperti Amerika Serikat, Italia, Spanyol, dan negara Eropa lainnya," ucap Tjendra kepada Katadata.co.id, Senin (6/4).

Berdasarkan data Worldometers.info hingga hari ini, terdapat total 1,2 juta kasus positif virus corona dengan total kematian mencapai 69.451 orang. Menggunakan perhitungan kasar, tingkat kematian dibandingkan total kasus mencapai 5,4%.

(Baca: Menakar Kesiapan Perbankan Hadapi Krisis Imbas Pandemi Corona)

Tjendra menyebut, pasar seakan mencari alasan untuk rebound di tengah kondisi ekonomi yang masih belum kondusif. Adapun  indeks saham seperti Nikkei dan Hangseng juga bergerak positif pagi ini. Demikian pula indeks saham berjangka Negeri Paman Sam.

"Data ini bisa diartikan harapan masa puncak pandemi mungkin akan segera berlalu," kata dia.

Tjendra memperkirakan rupiah bergerak menguat hari ini dan berada pada rentang Rp 16.300 - 16.500 per dolar AS.

Reporter: Agatha Olivia Victoria