Bank Indonesia mencatat, aliran modal asing yang keluar dari Indonesia sejak awal tahun hingga saat ini mencapai Rp 125,2 triliun di tengah kekhawatiran pandemi virus corona. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut sebagian besar dana asing keluar pada bulan ini.
"Bulan ini saja terjadi outflow Rp 104,7 triliun dari total Rp 125,2 triliun," ujar Perry di Jakarta, Selasa (24/3).
Ia menjelaskan aliran modal asing paling banyak keluar pada instrumen surat berharga negara mencapai Rp 112 triliun. Sementara pada saham, dana asing yang keluar sebesar Rp 9,2 triliun.
Meski modal yang asing yang kabur cukup besar, Perry menegaskan bahwa kondisi likuiditas di pasar saat ini sangat mencukupi. BI hingga kini telah menginjeksi likuiditas ke sistem keuangan mencapai hampir Rp 300 triliun.
(Baca: Sri Mulyani Cegah Krisis Corona Merembet ke Krisis Ekonomi dan Sosial)
Secara perinci, likuiditas tersebut berupa pembelian SBN di pasar sekunder mencapai Rp 168 triliun, repo perbankan Rp 55 triliun, dan sisanya sebesar Rp 75 triliun berasal dari penurunan giro wajib minimum.
Perry juga menyebut pergerakan rupiah pada hari ini cukup stabil antara lain disebabkan oleh kebijakan pelonggaran kuantitatif Bank Sentral AS, The Federal Reserve. Selain itu, para eksportir juga terus memasok dolar AS.
"Kami lihat bid offer berjalan baik di valas saat ini," ujarnya.
(Baca: Jokowi Harap BPK dan DPR Dukung Perppu Defisit APBN di Atas 3% PDB)
Bank Indonesia memastikan akan terus berada di pasar dan mengintervensi rupiah jika diperlukan. Intervensi akan dilakukan BI baik di pasar spot, DNDF, maupun SBN.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah hari ini di pasar spot ditutup menguat 0,45% ke level Rp 16.500 per dolar AS. Sementara, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate yang dipublikasikan BI pagi ini juga menempatkan rupiah di posisi Rp 16.486 per dolar AS, naik 122 poin dari level kemarin.