Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri setuju dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa kondisi ekonomi di 2020 lebih rumit dari krisis 2008. Pasalnya, tekanan ekonomi terjadi karena wabah.
"Virus corona membuat kebijakan ekonomi tumpul. Dalam konteks seperti itu saya setuju (kondisinya lebih berat dari krisis ekonomi 2008)," kata dia dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat (6/3).
Ia menjelaskan, pada 2008 lalu, krisis ekonomi terjadi dipicu “virus” subprime mortgage dari sektor keuangan. Indonesia aman karena tak memiliki virus yang sama. Ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 4,5% pada 2009. “Hanya segelintir negara yang mampu seperti itu. Saat itu Singapura resesi,” ujarnya.
(Baca: Banjir Stimulus dan Kekhawatiran Resesi Ekonomi akibat Virus Corona)
Sedangkan tahun ini, virus yang menekan ekonomi dunia adalah virus penyakit. Alhasil, yang terjadi adalah risiko krisis karena pandemik. “Virus corona mewabah sudah ke 90 negara, barangkali akhir pekan ini sudah ke 100 negara,” kata dia.
Ia pun menyinggung soal proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semakin turun. Oktober tahun lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi turun 0,1% proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,4% menjadi 3,3%.
Maret tahun ini, Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memangkas 0,5% proyeksinya atas pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9% menjadi 2,4%. “Jadi setiap prediksi baru penurunannya lebih dalam,” kata dia.
(Baca: MERC Sarankan Isolasi Masyarakat Bila Terjadi Ledakan Kasus Corona)
OECD memangkas cukup dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yaitu sebesar 0,8% dari 6,1% menjadi 4,9%. Sedangkan proyeksi pertumbuhan Indonesia dipangkas 0,2% dari 5% menjadi 4,8%.
Faisal mengisyaratkan dampak yang disebabkan virus ini terhadap ekonomi tergantung perkembangan penyebaran virus tersebut. Ia pun meyinggung soal kemungkinan Tiongkok mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
“Kami enggak tahu karena corona menyebar terus dan yang lebih parah itu kepanikan,” ujarnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani menyebut masalah ekonomi imbas virus corona lebih rumit ketimbang saat krisis ekonomi global pada 2008. Sebab, virus corona memberikan dampak langsung kepada manusia.
Ia mengatakan, krisis ekonomi global pada 2008 disebabkan oleh lembaga keuangan, seperti perbankan dan pasar modal. Sentimen kepada lembaga keuangan itu mempengaruhi stabilitas ekonomi dunia.
Sedangkan virus corona mengancam keselamatan dan kesehatan serta menghambat mobilitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Virus ini berdampak pada penutupan pabrik hingga sekolah demi mencegah penyebaran virus. Akibatnya, pendapatan sektor riil tergerus seperti industri penerbangan, perhotelan, hingga manufaktur.
"Kami harus memberikan ketenangan dengan menjelaskan ancaman atau risiko terhadap masyarakat," kata dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3).