Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengidentifikasi peluang investasi berkualitas melalui pemanfaatan sumber daya alam Indonesia. Peluang tersebut dapat dioptimalkan, jika diintegrasikan dengan faktor pendukung seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan untuk meningkatkan kapasitas SDM dalam negeri.
“Saat ini prioritas utama BKPM adalah investasi berkualitas pada sektor ekonomi produktif dan jangka panjang. Cri-ciri utamanya adalah, kemitraan dengan pengusaha lokal dan memberikan nilai tambah (value-added) bagi perekonomian,” kata Direktur Fasilitas Promosi Daerah BKPM Indra Darmawan dalam acara Lestari Talk 2020 dengan tema “Unboxing Ekonomi Lestari” di Kantor BKPM, Jakarta, Kamis (27/2).
Menurutnya, konsep ekonomi lestari bisa diusung menjadi salah satu inovasi daerah untuk menciptakan iklim investasi berkualitas. Ekonomi lestari digagas melalui konsep yang menyeimbangkan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam kebijakan, perencanaan, dan program.
(Baca: Pemerintah Luncurkan Konsep Investasi Hijau di Papua dan Papua Barat)
Dengan demikian, ekonomi lestari tak hanya mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan efisiensi anggaran kabupaten, tapi juga mengurangi kemiskinan dan pengangguran serta bergerak menuju nol deforestasi dan degradasi hutan & gambut.
Hal tersebut dinilai sejalan dengan narasi nasional Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan daya saing daerah melalui kemudahan investasi, peningkatan kapasitas perdagangan, dan reformasi birokrasi.
Wakil Bupati Musi Banyuasin Beni Hernedi yang juga Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) mengatakan, pendekatan ekonomi lestari sangat mungkin dilakukan. Menurutnya, konsep tersebut sudah dilakukan anggota LTKL.
LTKL merupakan forum kolaborasi yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Program yang dirancang disesuaikan berdasarkan keunggulan daerah masing-masing Kabupaten Lestari.
“Program yang disusun LTKL dibungkus jadi satu paket, dari hulu ke hilir,” ujar Beni.
Program-program yang dirancang oleh LTKL di antaranya berfokus pada peningkatan daya saing daerah.
(Baca: Merusak Lingkungan, Luhut Larang Perluasan Lahan Kelapa Sawit di Papua)
Cakupan program LTKL antara lain meliputi bisnis dan investasi lestari untuk menyiapkan kabupaten menyusun portofolio komoditas dan secara aktif menjemput investasi ke daerah, mendorong inovasi masyarakat dalam mendukung visi hijau kabupaten.
Selanjutnya memetakan kebijakan yang berpotensi mendatangkan insentif dari kerangka nasional, malakukan pemantauan dan pelaporan untuk menghasilkan produk laporan daya saing daerah, dan mempromosikan inisiatif keberlanjutan.
Adapun, laporan International Finance Corporation (IFC) yang dirilis pada April tahun lalu menunjukkan minat investor terhadap investasi yang memberikan dampak sosial politik di samping keuntungan finansial mencapai US$ 26 triliun. Tren investasi berdampak ini dapat menyasar kebutuhan lokal yang baik bagi sosial dan lingkungan.
Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, Indonesia merupakan negara penghasil unicorn terbesar di Asia Tenggara. “Namun menjadi unicorn itu tidak penting, yang penting adalah value creation,” kata Melisa.