Nilai tukar rupiah terus melemah dalam sepekan terakhir hingga kini menembus Rp 13.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Ini merupakan level terlemah sejak awal Januari 2020. Keputusan AS yang mencoret Indonesia dari daftar negara berkembang direspons negatif oleh pelaku pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat tipis ke level Rp 13.885 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot, Rabu (26/2). Namun, sesaat setelah dibuka, rupiah langsung anjlok hingga saat berita ini ditulis berada pada posisi Rp 13.910 per dolar AS.
Level tersebut melemah 0,17% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya, atau total 1,83% dalam sepekan perdagangan. Seiring perkembangan ini, penguatan nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini (year to date) menipis menjadi hanya 0,32%.
(Baca: Sandiaga Minta Pengusaha Bersiap Hadapi Konsekuensi Negara Maju)
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah terhadap dolar AS pada pagi ini. Won Korea Selatan melemah 0,54%, baht Thailand 0,35%, ringgit Malaysia 0,16%, yen Jepang 0,14%, dan yuan Tiongkok 0,12%. Dolar Singapura dan dolar Hong Kong juga melemah meski tipis, kurang dari 0,1%. Di sisi lain, rupee India dan peso Filipina menguat, masing-masing sebesar 0,17% dan 0,03%.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam mengatakan, ditetapkannya Indonesia sebagai negara maju justru ditanggapi negatif. "Karena berpotensi semakin menekan kinerja ekspor Indonesia," kata Piter kepada Katadata.co.id, Rabu (26/2).
(Baca: Dianggap Negara Maju, Indonesia Terancam Bea Masuk Anti Subsidi AS)
Sebelumnya, AS mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang. Beberapa Negara lain yang bersama Indonesia kini masuk dalam jajaran Negara maju menurut Paman Sam adalah Tiongkok, India, Afrika Selatan, dan Brasil.
Dikutip dari TheStar, kelima negara tersebut dihapus dari daftar negara berkembang karena dianggap sebagai negara maju terkait perdagangan internasional.
Melalui rilisnya, Kantor Perwakilan Dagang AS ( US Trade Representative/USTR) menyatakan merevisi metodologi negara berkembang untuk investigasi atas bea balik, yaitu jenis bea yang dikenakan pada impor. Hal tersebut dikarenakan pedoman sebelumnya yang diterbitkan tahun 1998 telah usang.
Dari sisi global, Piter menilai, virus corona masih menjadi faktor yang menekan pasar keuangan sehingga membuat rupiah melemah. Pasalanya, meski ada tanda wabah virus corona mereda di Tiongkok, namun wabah ini justru meluas di negara lain seperti Korea Selatan dan Italia.
(Baca: Wakil Menteri Kesehatan Iran Tertular Virus Corona)
"Sehingga saya masih perkirakan rupiah akan cenderung melemah," ujarnya. Meski begitu, ia menilai rupiah akan bergerak dalam rentang yang tipis yakni di kisaran Rp 13.860 - 13.900 per dolar AS pada hari ini.