Nilai tukar rupiah terus melemah sejak pekan lalu hingga kini kembali mendekati Rp 13.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan dampak ekonomi dari wabah virus corona, seiring meluasnya wabah tersebut ke berbagai negara.
Berdasarkan data Bloomberg, saat berita ini ditulis, rupiah berada pada posisi Rp 13.896 per dolar AS, melemah 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin. Sedangkan secara total sejak pekan lalu, pelemahan telah mencapai 1,73%.
Pelemahan rupiah pada pagi hari ini terjadi di tengah pergerakan beragam mata uang Asia terhadap dolar AS. Rupee India tercatat melemah paling dalam yaitu 0,48%, yen Jepang melemah 0,18%, peso Filipina juga terkoreksi meski tipis yaitu kurang dari 0,01%. Sedangkan mata uang Asia lainnya tercatat menguat, dipimpin won Korea Selatan 0,75%.
(Baca: Corona Mengganas, Harga Emas Sentuh Level Tertinggi dalam Tujuh Tahun)
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pelepasan atau sell-off di sebagian aset berisiko terlihat mereda pagi ini. Tetapi, kekhawatiran terhadap virus corona belum hilang. "Laporan kasus virus corona masih terlihat meningkat," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (25/2).
Ia pun menyebut nilai tukar rupiah masih bisa tertekan karena kekhawatiran tersebut. Perkiraan dia, mata uang Garuda akan berkonsolidasi di kisaran Rp 13.830 - 13.920 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Mengacu pada data John Hopkins CSSE, jumlah orang yang terdeteksi terjangkit virus corona telah mencapai 80.146 orang secara global. Kasus terbanyak masih di dataran Tiongkok yaitu 77.658 orang, diikuti Korea Selatan (Korsel) 893 orang, Italia 229 orang, dan Jepang 159 orang. Jumlah korban meninggal akibat virus ini telah mencapai 2.699 orang, sedangkan jumlah yang dilaporkan pulih sebanyak 27.563 orang.
Seiring lonjakan temuan orang terinfeksi corona di Korsel, Pemerintah Negeri Ginseng tersebut menetapkan status kewaspadaan tertinggi. Status ini memungkinkan pemerintah untuk menutup sekolah dan melarang pertemuan publik. Korean Airlines dan Asia Airlines dilaporkan telah menghentikan sementara penerbangan dari dan menuju Daegu, kota dengan kasus infeksi terbanyak di Korsel.