Momentum Natal dan Tahun Baru tak mampu mendorong konsumsi pada tahun lalu. Survei Bank Indonesia mencatat terjadi penurunan penjualan eceran atau retail pada Desember 2019, meski terdapat momentum Natal dan Tahun Baru.
Dalam survei tersebut, Indeks Penjualan Riil atau IPR pada bulan terakhir tahun lalu turun 0,5% dibanding tahun lalu. Penurunan penjualan ritel terutama disebabkan oleh penurunan penjualan pada beberapa kelompok barang seperti barang budaya dan rekereasi serta kelompok peralatan, informasi dan komunikasi yang masing-masing turun 19,6% dan 7%.
Sementara kelompok komoditas seperti kelompok suku cadang dan kelompok perlengkapan rumah tangga masih tumbuh masing-masing 15,7% dan 4,9%.
(Baca: Makin Melambat, Ekonomi RI Kuartal IV 2019 Hanya Tumbuh 4,97%)
Adapun penjualan ritel diperkirakan akan kembali menurun pada Januari sebesar 3,1%. "Penurunan itu sejalan dengan pola konsumsi masyarakat yang kembali normal setelah perayaan terkait Hari Besar Keagamaan Nasional," tulis BI dalam survei yang dikutip Selasa (11/2).
Penurunan penjualan terutama disebabkan oleh penjualan kelompok komoditas seperti sandang yang anjlok 19,6% dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang turun 1,4%.
BI juga memperkirakan penjualan ritel masih akan menurun pada bulan depan. Ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan atau IEP pada Maret 2020 sebesar 131.5, lebih rendah dibandingkan bulan ini sebesar 140,8.
(Baca: Ekonomi Tiongkok Berpotensi Terpangkas 1% akibat Wabah Virus Corona)
Adapun pada Juni 2020, penjualan ritel diperkirakan juga akan menurun, terindikasi dari IEP yang hanya akan mencapai 140,6, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 151,6. Penurunan tersebut sejalan dengan normalisasi konsumsi rumah tangga usai periode Ramadhan dan Idulfitri.
Tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran pada Juni 2020 juga diperkirakan menurun. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum atau IEH sebesar 166,0, lebih rendah dari 177,8 pada bulan sebelumnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV hanya mencapai 4,97%, melambat dibanding kuartal sebelumnya sebesar 5,02%. Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan melambatnya konsumsi rumah tangga yang juga hanya tumbuh 4,97%.