Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pasar pagi ini menguat 0,25% ke level Rp 13.655 per dolar. Mata uang Garuda masih menguat karena didorong oleh masih derasnya aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Bersamaan dengan rupiah, dolar Taiwan, won Korea Selatan, peso Filipina, rupee India, dan yuan Tiongkok turut menguat. Mengutip Bloomberg, dolar Taiwan menguat 0,43%, won 0,76%, peso 0,05%, rupee 0,08%, dan yuan 0,36%.
Sementara itu beberapa mata uang Asia lainnya terpantau melemah di antaranya yen Jepang sebesar 0,05%, dolar Hong Kong 0,02%, dolar Singapura 0,2%, ringgit Malaysia 0,13%, dan baht Thailand 0,14%.
"Sebab modal asing yang masuk ke Indonesia masih besar karena imbal hasil (yield) surat utang Indonesia yang masih sangat menarik. Terutama, jika dibandingkan dengan yield di negara maju," ujar Panel Ahli Katadata Insight Center (KIC) Damhuri Nasution kepada Katadata.co.id, Kamis (6/2).
(Baca: Ekonomi 2019 Masih Tumbuh 5%, Rupiah Menguat ke 13.690 per Dolar AS)
Adapun Bank Indonesia (BI) mencatat, aliran modal asing yang masuk sejak awal tahun hingga 23 Januari 2020 mencapai Rp 25,79 triliun. Aliran modal asing tersebut masuk ke instrumen portofolio, terutama Surat Berharga Negara atau SBN sebesar 26,1 triliun dan saham Rp 2,57 triliun. Di sisi lain, terdapat pula modal asing yang keluar dari SBI mencapai Rp 2,3 triliun.
Selain itu, Damhuri menilai, pertumbuhan ekonomi yang makin melambat membuat peluang Bank Indonesia (BI) memotong suku bunga acuan semakin besar. "Ini berarti ada pula potensi return dari kenaikan harga obligasi, disamping return dari kupon," ucap dia.
Dengan begitu, kurs rupiah menurut ia diperkirakan masih cenderung menguat. Mata uang Garuda akan bergerak di level Rp 13.650 - 13.750 per dolar AS. Adapun sepanjang tahun ini atau secara year to date (ytd) rupiah telah menguat sebesar 1,53%.
(Baca: Rupiah Menguat Terimbas Aksi Stimulus Bank Sentral Tiongkok)