Merebaknya wabah virus corona di Tiongkok disebutkan bakal menghambat industri farmasi dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, wabah virus corona mengganggu pasokan bahan baku obat dari Tiongkok ke dalam negeri.
Terganggunya pasokan bahan baku obat dari Tiongkok karena pemerintah Negeri Panda tersebut memperpanjang libur tahun baru Imlek hingga pertengahan Februari 2020 sehingga mengganggu proses produksi.
"Kami masih monitor perkembangan berikutnya karenavalue chain akan terganggu dan mereka menyetop produksi sementara," kata Airlangga ketika ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (5/2).
Dia menambahkan, sejumlah sektor ekonomi terdampak oleh wabah virus corona lainnya yaitu pariwisata. Pasalnya, turis asal Tiongkok yang masuk ke Indonesia bisa mencapai 2 juta orang per tahunnya. "Adanya travel warning, menyetop turis dari Tiongkok maka akan ada dampaknya," katanya.
(Baca: Habiskan Rp 850 Triliun, Virus Corona Jadi Wabah Termahal di Dunia)
Sektor lainnya yang berpotensi terganggu yaitu otomotif karena ini merupakan sektor unggulan di Wuhan. Namun Airlangga menilai wabah virus ini tidak akan banyak mengganggu sektor otomotif karena basis otomotif Indonesia bukan berasal dari Tiongkok.
Selain itu, Airlangga juga menilai virus corona ini berdampak negatif pada indeks pasar saham di dalam negeri. Hal itu terlilhat dari catatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan sesi pertama hari ini terkoreksi 5,58% menjadi di level 5.948,15.
Namun, dia yakin bahwa dampaknya tidak akan selama seperti penyebaran virus SARS pada awal milenium ini. Selain itu pasar modal dalam negeri saat ini memang dalam tren bearish atau turun. "Semoga melihat ke dalam perspektif SARS, itu tidak akan lama. SARS sekitar 8 bulan, semoga yang ini kurang dari itu," katanya.
Dia menilai, dengan dampak-dampak tersebut, akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada tahun ini. "Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprediksi melambat 1 - 2%, ke Indonesia pengaruhnya 0,1% - 0,29%," kata Airlangga.
(Baca: Menpar Taksir Pariwisata RI Rugi Rp 54 Triliun Akibat Virus Corona)
Meski begitu dia menilai, fundamental perekonomian Indonesia masih dalam posisi baik, sebab masih bisa meraih angka pertumbuhan sekitar 5% di 2019. Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi dalam negeri dan investasi. Indonesia mampu menunjukkan iklim investasi yang kompetitif.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar optimis industri perbankan tidak berpengaruh pada penyebaran virus corona.
Hal itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu yang masih tumbuh di atas 5%, di tengah perlambatan ekonomi dunia. "Terkait dengan korona virus, kami tetap percaya pada pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Royke.
(Baca: Strategi Wishnutama Genjot Pariwisata saat Penurunan Turis Tiongkok)