Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 3,3% dari proyeksi pada Oktober 2019 sebesar 3,4%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu juga diturunkan dari 3% menjadi 2,9%, sedangkan tahun depan dari 3,6% menjadi 3,4%.
"Revisi tersebut disebabkan proyeksi pemulihan untuk pertumbuhan global yang masih belum pasti," kata Penasihat Ekonom dan Direktur Departemen Riset Gita Gopinath seperti diuktip dalam World Economic Outlook, Senin (20/1).
Meski begitu, IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini stabil meski masih lemah. Sebagian risiko global dinilai telah surut meski tetap menjadi ancaman. Risiko tersebut terutama terkait kesepakatan perdagangan tahap I antara AS dan Tiongkok, serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit.
Kebijakan moneter yang dikeluarkan sejumlah negara untuk mendukung perekonomian pun berdampak positif. Selain itu, sektor manufaktur dan perdagangan juga dinilai sudah melewati titik terendah.
(Baca: Ekonomi Tiongkok Hanya Tumbuh 6,1% pada 2019, Terendah Sejak 1990)
Ia pun menilai dampak perang dagang yang semula diperkirakan dapat menggerus 0,8% produk domestik bruto global dapat turun menjadi sebesar 0,5% PDB. Ini dengan catatan kesepakatan dagang tahap I mampu menjaga perdamaian AS dan Tiongkok cukup lama,
Adapun pemulihan perekonomian global pada tahun ini masih akan mengandalkan perbaikan ekonomi pada negara berkembang yang sempat tertekan di tahun lalu. IMF memperkirakan ekonomi negara berkembang tumbuh 4,4% pada tahun ini, naik dari tahun lalu sebesar 3,7%. Proyeksi pada 2019 dan 2020 tersebut turun 0,02% dibanding sebelumnya.
Sementara pada tahun depan, ekonomi negara berkembang diproyeksi tumbuh lebih tinggi sebesar 4,6%, meski lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,8%.
(Baca: Kian Lesu, Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global)
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ini seiring ekonomi India yang melambat cukup tajam karena tekanan di sektor keuangan. Sementara ekonomi Tiongkok diperkirakn tumbuh 6% pada tahun ini, naik dari proyeksi sebelumnya 5,8%.
Di sisi lain, ekonomi negara maju diproyeksi melambat dari 1,7% pada 2019 menjadi 1,6% pada 2020 dan 2021. Pertumbuhan ekonomi negara maju akan bergantung pada kinerja ekspor Jerman, sedangkan ekonomi AS diperkirakan akan melambat seiring stimulus fiskal yang memudar.
Namun, peningkatan pertumbuhan global pada 2020 masih sangat tidak pasti, karena juga bergantung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi sejumlah negara yang tengah tertekan, seperti Argentina, Iran, dan Turki. Selain itu, juga bergantung pada kinerja ekonomi Brasil, India, dan Meksiko yang cukup buruk di tahun lalu.