Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai, pengaruh pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump oleh Dewan Perwakilan Rakyat terhadap pasar keuangan Indonesia minim. Hal ini tercermin dari nilai tukar rupiah yang masih menguat.
"Pengaruhnya ke Indonesia minimal, seperti di nilai tukar kita tak melihat pengaruh signifikan," kata Perry dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Kamis (19/12).
Perry menyebut, rupiah masih bergerak di bawah level Rp 14 ribu atau tepatnya di antara 13.980 - 13.990 per dolar AS. Sepanjang bulan ini hingga 18 November, rupiah telah menguat 0,93%. Sedangkan sepanjang tahun ini, rupiah telah menguat 2,9%.
Meski begitu, ia menjelaskan bahwa apa yang terjadi pada politik AS tentunya akan mempengaruhi kondisi pasar keuangan global. "Khususnya dalam jangka pendek" ujarnya.
(Baca: Pemakzulan Trump, Sri Mulyani: Kita Harus Waspada)
Namun, pengaruh global tersebut terhadap suatu negara juga bergantung pada kondisi ekonomi negara tersebut. Perekonomian Indonesia sendiri, sambung dia, saat ini masih cukup baik.
Perry menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga ditopang konsumsi rumah tangga, ekspansi fiskal, dan perbaikan ekspor. Perkembangan terkini menunjukkan keyakinan konsumen meningkat bersamaan dengan pola musiman jelang akhir tahun sehingga dapat menopang konsumsi rumah tangga tetap baik.
(Baca: Tembus 30% dari PDB, Total Utang Pemerintah Rp 4.814 T per November)
Ekspansi fiskal juga menguat sejalan dengan pola musiman akhir tahun. Selain itu, ekspor pada sejumlah komoditas juga membaik. Ekspor pulp, tekstil, besi dan baja ke Tiongkok mulai membaik, demikian pula dengan ekspor kendaraan bermotor ke ASEAN dan Arab Saudi yang makin kuat.
Adapun investasi mulai tercatat meningkat di beberapa daerah. Salah satunya, di Sulawesi terkait dengan proyek hilirisasi nikel, dan diperkirakan akan terus meningkat. Selain itu, transformasi yang ditempuh pemerintah juga mulai meningkatkan keyakinan dunia usaha.