Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot sore ini, Kamis (21/11) menguat 0,02% ke level Rp 14.091 per dolar AS. Penguatan rupiah ditopang kebijakan Bank Indonesia (BI) mempertahankan bunga acuan sebesar 5% dan menurunkan giro wajib minimum (GWM) sebesar 0,5%.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah pada posisi Rp 14.112 per dolar AS, melemah 15 poin dibanding posisi kemarin di Rp 14.097 per dolar AS.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menilai, keputusan BI mempertahankan bunga acuan mendorong penguatan rupiah. "Penahanan ini membantu rupiah menguat tipis saat penutupan," kata Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (21/11).
(Baca: Jaga Likuiditas Bank, BI Pilih Tahan Bunga Acuan 5% dan Turunkan GWM)
BI siang ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (7-DRRR) di level 5%. Namun, BI kembali menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,5% menjadi 5,5% pada bank umum dan 4% pada bank umum syariah.
GWM adalah dana yang harus dipelihara oleh perbankan pada saldo rekening BI. Dengan diturunkannya rasio GWM, maka dana yang dapat disalurkan perbankan menjadi kredit lebih besar. Harapannya, kredit dapat tumbuh lebih baik dan mendorong perekonomian.
Meski rupiah menguat haru ini, Lukman memperkirakan rupiah bergerak melemah besok dan bergerak di kisaran Rp 14.060 hingga Rp 14.150 per dolar AS.
"Kekhawatiran akan hubungan politik dan perdagangan AS-Tiongkok masih akan berpengaruh pada rupiah besok," ujar dia.
(Baca: BI Yakin Daya Beli Masyarakat Masih Kuat)
Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang November 2019 menguat 0,42% Dengan perkembangan tersebut, rupiah sejak awal tahun hingga 20 November 2019 telah menguat 2,03%.
Penguatan rupiah, menurut Perry, sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia yang membaik. "Ke depan, BI memandang nilai tukar rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga," jelas dia.