Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini, Selasa (19/11) melemah 0,09% ke posisi Rp 14.090 per dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan rupiah seiring dengan pernyataan Tiongkok yang pesimistis terhadap kesepakatan dagang tahap pertama dengan AS.
Adapun kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) hari ini menempatkan rupiah pada posisi Rp 14.091 per dolar AS, melemah dari posisi kemarin Rp 14.075 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, mayoritas mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS. Won Korea turun 0,29%, peso Filipina anjlok 0,37%, ringgit Malaysia lunglai 0,02%, ruppe India lesu 0,01%, dan baht Thailand melemah 0,03%. Hanya Yuan Tiongkok yang menguat 0,02%.
(Baca: Harga Minyak Rendah & Rupiah Kuat, Realisasi Subsidi Energi Turun 16%)
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah sentimen eksternal. Salah satunya, pesimisme Tiongkok terhadap kesepakatan dagang dengan AS karena pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa tak ada kesepakatan untuk menghapus tarif.
"Pasar juga terus mengamati hasil pertemuan Trump dengan Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Hal yang dibahas mencakup suku bunga dan pelonggaran moneter," ujar Ibrahim, Selasa (19/11).
Adapun sentimen internal, menurut dia, tak terlalu membantu nilai tukar rupiah. LPS hari ini memangkas bunga penjaminan sebesar 0,25%.
(Baca: Tangkal Dampak Resesi Global, Kadin Ungkap Sejumlah Rekomendasi )
"BI juga melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi, tetapi tak serta merta membuat rupiah bisa menguat," jelas dia.
Ibrahim memproyeksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak pada kisaran Rp 14.062 hingga Rp 14.115 per dolar AS, dengan kecenderungan melemah.