BKPM Catat Realisasi Investasi Kuartal III Naik 18,4% Jadi Rp 205,7 T

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Kepala BKPM HIPMI Bahlil Lahadilia.
Penulis: Agustiyanti
31/10/2019, 11.57 WIB

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatatkan realisasi investasi langsung pada kuartal III 2019 mencapai Rp 205,7 triliun , naik 18,4% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 173,8 triliun. Realisasi Penanaman modal dalam negeri (PMDN) naik 18,9% menjadi Rp 100,7 triliun, sedangkan penanaman modal asing (PMA) naik 17,8% menjadi Rp 105 triliun.

Kepala BPKM Bahlil Lahadila menjelaskan, dengan capaian kuartal III 2019, total realisasi investasi dalam sembilan bulan pertama tahun ini mencapai Rp 601,3 triliun, naik 12,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Total investasi PMDN mencapai Rp 317,8 triliun, sedangkan PMA mencapai Rp 317,8 triliun. 

"Capaian investasi masih sesuai dengan target kami akhir tahun Rp 792 triliun.  Saat ini sudah mencapai 75,9% dari target, masih ada 192 triliun untuk direalisasikan kurun waktu 3 bulan ini. Kami optimis tercapai meski ekonomi global belum menggembiran," ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (31/10)

(Baca: Lima Komoditas Indonesia Kembali Dapat Insentif Bea Masuk GSP dari AS)

Bahlil menjelaskan penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi sepanjang tahun ini mencapai 212.581 orang. Penyerapan tenaga kerja dari PMDBN mencapai 109.475 orang, sedangkan PMA mencapai 103.106 orang. 

Ia menjelaskan, realisasi investasi juga sudah mulai bergeser ke luar Jawa. Pertumbuhan investasi di luar Jawa tercatat lebih tinggi yakini mencapai 23,5% dibanding pertumbuhan investasi di Jawa sebesar 14,4%.

Realisasi investasi yang dicatat BKPM, menurut Bahlil, mencakup investasi di luar sektor migas, perbankan, lembaga keuangan nonbank, asuransi, sewa guna usaha, industri rumah tangga, serta usaha mikro dan kecil. Adapun perhitungan investasi menggunakan kurs Rp 15 ribu per dolar AS sesuai APBN 2019. 

(Baca: Ekonomi AS Tumbuh Melambat, The Fed Pangkas Bunga Acuan 0,25%)

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mewaspadai capaian investasi dan ekspor menghambat pertumbuhan ekonomi. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan mencapai 5,08% atau meleset dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 5,3%.

"Yang harus dilihat adalah investasi apakah masih akan tetap dilevel 5 persen," kata Sri Mulyani pada Senin (15/10) lalu. 

Dalam masa pemerintahan periode pertama Presiden Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang meleset paling jauh dari target kampenye yang tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019. Hal tersebut antara lain terlihat dalam grafik di bawah ini.