Badan Pusat Statistik (BPS) menilai aksi demonstrasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir ini belum berdampak pada tingkat kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi.
"Dampak demonstrasi ke inflasi, BPS belum melihat seberapa jauh. Kalau demonstrasi sampai menyebabkan chaos dan harga melompat tinggi, baru mungkin menumbulkan dampak tidak langsung," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Selasa (1/10).
Demonstrasi digelar ribuan mahasiswa, pelajar, dan elemen masyarakat lainnya sejak pekan lalu di Jakarta dan sejumlah daerah. Di sejumlah tempat, termasuk Jakarta, unjuk rasa beberapa kali berujung ricuh.
(Baca: Harga Cabai Turun, BPS Catat Deflasi 0,27% pada September 2019)
Meski terjadi gejolak saat demonstrasi digelar, menurut dia, hal tersebut sejauh ini belum mempengaruhi tingkat harga barang dan jasa. Ia pun berharap aksi unjuk rasa yang digelar masyarakat dapat berlangsung dengan tertib dan damai.
"Sehingga dampaknya tak akan terlalu signifikan ke inflasi nantinya," tutupnya.
BPS mencatat terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau deflasi pada September 2019 sebesar 0,27%. Deflasi didorong oleh kelompok bahan pangan terutama harga cabai merah, bawang merah, dan ayam ras yang menurun.
(Baca: Darmin Klaim Demonstrasi Mahasiswa Tak Akan Berimbas ke Pasar Keuangan)
Suhariyanto menjelaskan inflasi sepanjang tahun ini (Januari-September 2019) tercatat sebesar 2,2%. Adapun inflasi tahunan tercatat sebesar 2,9%.
Ia menyimpulkan, inflasi hingga September masih terkendali. Namun, pergerakan harga barang dan jasa perlu diantisipasi di bulan Desember karena permintaan yang biasanya meningkat seiring momentum tahun baru dan persiapan anak sekolah.