Ekonomi Global Diprediksi Makin Lesu, Bagaimana Nasib Indonesia?

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Ilustrasi. BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini di batas bawah proyeksi 5,1% hingga 5,4%.
Penulis: Agustiyanti
28/9/2019, 09.52 WIB

Pertumbuhan ekonomi global, terutama negara-negara maju diperkirakan akan melambat lebih dalam pada tahun depan seiring berlanjunya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Meski demikian, ekonomi Indonesia dinilai masih berpeluang tumbuh lebih baik.

Direktur Eksekutif Departemen BI Onny Widjanarko menjelaskan  pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini berdasarkan proyeksi BI akan melambat dari 3,6% pada tahun lalu menjadi 3,2%. Sementara pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya akan naik tipis menjadi 3,3%.

Bank Sentral juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun ini akan melambat dari 2,9% tahun lalu menjadi 2,3% pada tahun ini dan 2% pada tahun depan. Demikian pula dengan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan hanya akan tumbuh 6,2% tahun ini dan 6,1% pada tahun depan, melambat dari tahun lalu 6,6%.

Nasib ekonomi negara kawasan Eropa pun menurut Onny, tak akan lebih baik. Menurut proyeksi BI, ekonomi Eropa hanya akan tumbuh 1,1% tahun ini dan membaik menjadi 1,4% tahun depan.

"Dengan situasi kondisi ekonomi global, pertumbuhan Indonesia turut terpengaruh . Pertumbuhan ekonomi kita tetap bagus tapi naiknya tidak strong (kuat)," ujar Onny di Kuta, Bali pada Jumat (28/9). 

(Baca: ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Tahun Ini jadi 5,1%)

Menurut Onny, pertumbuhan konsumsi rumah tangga saat ini masih cukup baik, meskipun tidak terlalu kuat. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejak 2017 sebesar 5%. Konsumsi rumah tangga ini, menurut dia, bakal tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Konsumsi rumah tangga stabil. Indeks keyakinan konsumen naik dan turun, tetapi masih cukup kuat, terutama konsumsi masyarakat penghasilan di atas Rp 5 juta. Kemudian untuk masyarakat menengah dan bawah di bantu dengan bantuan sosial," kata dia. 

BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan berada di batas tengah kisaran 5,1%-5,5%. Sementara tahun ini, pertumbuhan ekonomi diproyeksi berada di batas bawah kisaran 5,1$-5,4%. 

Adapun pemerintah memperoyeksi tahun ini ekonomi akan tumbuh pada kisaran 5,1%, turun dari target APBN 2019 sebesar 5,3%. Tahun depan, pemerintah memproyeksi petrumbuhan ekonomi sebesar 5,3%. 

"PMI (Purchasing Manufacture Index) masih menurun, untuk investasi belum kuat. Namun, investasi bangunan cukup baik. Kinerja ekspor juga ," kata dia.

(Baca: Ekspor 2020 Diproyeksi Membaik, Penerimaan Bea Keluar Dipatok Rp 2,6 T)

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi global bakal melambat tahun depan. Namun, jauh dari resesi seperti yang dikhawatikan banyak pihak.

"Ekonomi global belum ada  tanda-tanda ke arah resesi. Resesi terjadi jika dua kali berturut-turut mengalami penurunan ekonomi, Indonesia sendiri jauh dari resesi karena sejauh ini respon kebijakan BI cukup baik," kata dia.

Ia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan berada pada kisaran 5,22% dan meningkat pada tahun depan menjadi 5,37%.  Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi.