Serangan ke Kilang Minyak Saudi Lemahkan Rupiah Jadi 13.996 / Dolar AS

Rupiah hari Senin (16/9) diperdagangkan melemah 0,21% akibat sentimen negatif serangan kilang Saudi.
16/9/2019, 10.08 WIB

Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan pada pembukaan perdagangan pagi ini, Senin (16/9). Mengutip Bloomberg, mata uang Garuda dibuka turun 0,21% atau menyentuh level Rp 13.996 per dolar AS dibanding penutupan Jumat sore (13/9).

Sentimen negatif terhadap rupiah lantaran faktor geopolitik dunia. Hari sabtu (14/9) lalu, kilang minyak milik Saudi Aramco mendapat serangan dan mengurangi produksi minyak Arab Saudi hingga separuh. Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. 

"Serangan drone ke fasilitas produksi minyak mentah Arab Saudi mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar AS pagi ini," kata Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (16/9).

Pelemahan juga dialami mayoritas mata uang Asia pada pembukaan perdagangan. Saat berita ini ditulis dolar Hongkong melemah 0,08%, dolar Singapura 0,12%, dolar Taiwan 0,26%, won Korea Selatan 0,53%, peso Filipina 0,51%, dan ringgit Malaysia 0,01%.

(Baca: Drone Pemberontak Yaman Serang Kilang Minyak Terbesar Arab Saudi)

Sentimen pelemahan rupiah domestik datang dari transaksi berjalan Indonesia yang sudah menjadi net importir minyak. Dengan sentimen tersebut, Ariston memperkirakan rupiah akan melemah namun tipis pada hari ini. Hingga sore nanti, rupiah akan berada di antara Rp 13.940 - 14.070 per US$.

"Transaksi berjalan bisa terbeban dengan kenaikan harga minyak mentah dunia akibat serangan drone ini," ujar Ariston.

Harga minyak pada Senin (16/9) melonjak lebih dari 15% atau menyentuh level tertinggi dalam hampir empat bulan belakangan karena serangan tersebut.  

Harga minyak mentah berjangka jenis Brent melonjak lebih dari 19% menjadi US$ 71,95 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) naik lebih dari 15% ke US$ 63,34 per barel. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak bulan Mei lalu.

(Baca: Serangan Kilang di Arab Saudi Memicu Lonjakan Harga Minyak hingga 19%)