Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu pagi (11/9), dibuka melemah 0,03% ke level Rp 14.057 per dolar AS dibanding penutupan kemarin sore Rp 14.052 per dolar AS. Kendati demikian, mata uang garuda berpeluang menguat, seiring dengan harapan meredanya perang dagang akibat beberapa kesepakatan antara AS dan Tiongkok.
Mengutip Bloomberg, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS juga dialami mayoritas mata uang Asia. Yen Jepang melemah 0,06% terhadap dolar AS, dolar Hongkong 0,02%, dolar Singapura 0,01%. Kemudian dolar Taiwan melemah 0,03%, peso Filipina 0,09%, yuan Tiongkok 0,08%, ringgit Malaysia 0,17% dan baht Thailand 0,04%.
(Baca: Ekspektasi Kebijakan Global Kerek Rupiah ke Rp 14.030 per Dolar AS)
Hanya won Korea Selatan dan rupee India yang terlihat menguat tipis terhadap mata uang negara Paman Sam, masing-masing sebesar 0,05% dan 0,03%.
Namun demikian, analis memperkirakan masih ada ruang penguatan mata uang rupiah hari ini. Vice Presiden Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan saat ini optimisme tercapainya resolusi perang dagang AS-Tiongkok makin besar.
"Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS karena sentimen ini," kata dia kepada katadata.co.id, Rabu (11/9).
(Baca: Rupiah Menguat Tipis Ditopang Sentimen Positif Negosiasi AS-Tiongkok)
Optimisme ini berlanjut sejalan dengan kesediaan Tiongkok membeli produk pertanian AS. Selain itu, Tiongkok bersedia mengubah praktek hak kekayaan intelektual yang sebelumnya dikeluhkan AS.
"Perilaku Tiongkok ini sejalan dengan harapan AS tidak menerapkan tarif produk mereka dan memberikan keleluasaan untuk Huawei berbisnis di sana," kata Ariston.
Sementara itu, harapan adanya stimulus moneter yang digulirkan oleh bank sentral global dinilai Ariston juga mendorong para pelaku pasar masuk ke aset berisiko. Sehingga, rupiah pada hari ini diperkirakan menguat di kisaran di Rp 14.000 - Rp 14.100 per dolar AS.