Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,15% menjadi Rp 14.216 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, berdasarkan data Bloomberg. Salah satu faktornya adalah imbal hasil surat utang AS yang meningkat.
Karena keuntungan yang ditawarkan kepada investor meningkat, permintaan dolar AS pun meningkat. “Kenaikan ini dapat berimbas pada penguatan dolar AS terhadap rupiah hari ini,” kata Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada Katadata.co.id, Selasa (3/9).
Selain itu, ia menilai bahwa pasar masih khawatir terkait perang dagang AS dan Tiongkok. Sebab, sentiment di antara kedua negara mulai memanas kembali.
Sebagaimana diketahui, Tiongkok mengajukan keluhan ke World Trade Organization (WTO), kemarin (2/9). Keluhan ini terkait AS yang menerapkan kenaikan tarif impor terhadap produk asal Tiongkok.
(Baca: Inflasi Agustus Dorong Berlanjutnya Penguatan Rupiah)
AS resmi menerapkan tarif tambahan sebesar 15% terhadap produk impor Tiongkok senilai US$ 110 miliar. Barang-barang mencakup 3.243 jenis barang, termasuk di dalamnya produk furnitur, jam tangan pintar, dan juga pakaian.
Sedangkan kenaikan tarif terhadap sisa impor Tiongkok ke AS yang mencakup 555 jenis barang, termasuk produk telepon pintar atau smartphone, akan ditunda hingga 15 Desember 2019, untuk mengantisipasi kenaikan harga pada belanja Natal yang sudah semakin dekat.
Dengan berlakunya tarif baru tersebut, rata-rata tarif impor Tiongkok ke AS naik 3% menjadi di atas 21%. Besaran tarif ini setara dengan biaya yang berlaku selama era proteksionisme pra-Perang Dunia II. Sebaliknya rata-rata tarif Tiongkok terhadap impor asal AS naik menjadi 22 %.
(Baca: Tensi Perang Dagang AS-Tiongkok Mereda, Rupiah Menguat 0,08%)
Mayoritas mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang misalnya, melemah 0,1%. Lalu, dolar Hong Kong 0,02%, dolar Singapura 0,15%, dolar Taiwan 0,06%, won Korea Selatan 0,25%, peso Filipina 0,16%, yuan Tiongkok 0,16%, ringgit Malaysia 0,48% dan baht Thailand 0,09%.
Di sisi lain, Ariston menilai pasar juga memperhatikan sentimen dari Inggris. "Kisruh Brexit juga menjadi kekhawatiran pasar. Hal ini bisa membebani pergerakan rupiah," kata dia.
Karena itu, Ariston memperkirakan rupiah berpotensi bergerak pada kisaran Rp 14.180 - Rp 14.270 per dolar AS hari ini.
(Baca: Tensi Perang Dagang Turun, Rupiah Menguat ke 14.197 per dolar AS)