Badan Pusat Statistik (BPS) mewaspadai musim kemarau terjadi hingga bulan Oktober mendatang berdampak pada kenaikan harga pangan. Hal ini lantaran salah satu penyebab inflasi Agustus 0,12% adalah produksi pertanian yang terganggu kekeringan.
Salah satu komoditas yang masih memberi andil inflasi 0,1% pada bulan Agustus yakni cabai merah. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan pasokan cabai merah karena kemarau panjang menyebabkan kenaikan harga di 62 kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Hal ini disebutnya harus menjadi perhatian pemerintah untuk diwaspadai.
“Karena musim kemarau yang diprediksi sampai bulan Oktober dan berpengaruh kepada produksi tanaman panen," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Senin (2/9).
(Baca: BI Proyeksi Inflasi Minggu Ketiga Agustus 0,2% Disumbang Harga Cabai)
Secara rinci, terjadi kenaikan harga cabai merah hingga 55% terjadi di Mamuju. Harga komoditas yang sama juga naik 14% di Kupang. Selain itu, andil inflasi lainnya yang cukup tinggi disumbang cabai rawit dengan andil 0,07%.
"Pada komoditas cabai rawit kenaikan harga ini lebih tinggi di 73 kota misalnya Makassar dan Pare-Pare," ucap dia.
Sementara, komoditas bawang merah mengalami penurunan harga dan memberi andil deflasi 0,08% di 79 kota IHK. Selain itu, andil deflasi juga disumbang oleh penurunan harga tomat sayur sebesar 0,06%, bawang putih yakni 0,02%, serta daging ayam ras dan komoditas sayuran dan buah masing-masing 0,01%.
(Baca: BPS Catat Inflasi Agustus 0,12%, Didorong Naiknya Biaya Pendidikan)
Secara keseluruhan, dari 82 kota IHK tercatat 44 kota mengalami inflasi dan 38 kota deflasi. Adapun inflasi tertinggi terjadi di kota kudus sebesar 0,82%. Sementara inflasi terendah terjadi di Tasikmalaya, Madiun dan Pare-Pare sebesar 0,04%
Sedangkan angka deflasi tertingggi terjadi di Bau-Bau sebesar 2,1%. Kota Tegal dan Palopo merupakan wilayah dengan deflasi terendah yakni 0,02%.